Sempat dijauhi teman, kini kerap diundang ceramah. Sosok inspiratif Silahuddin Genda, pria berusia 47 tahun berhasil pulih sepenuhnya dari Virus Covid-19. Dia menjadikan harapan hidup dan bernapas bagi para pasien yang masih berjuang di ruang isolasi di seluruh rumah sakit di mana pun saat ini.
Sila begitu sapaan jurnalis senior ini, memiliki pengalaman yang menegangkan melawan virus mematikan ini. Selain harus berjuang selama 33 hari di ruang isolasi RS Sayang Rakyat, dia juga termasuk pasien awal terpapar ketika virus ini mulai menyerang di negeri ini.
Sekalipun mengaku cukup terasing setelah dinyatakan sembuh baik dari keluarga maupun tetangga, dia tetap berusaha untuk meyakinkan tentang virus ini, bahwa covid bukan sesuatu hal yang harus ditakuti. Bukan juga aib karena semua orang bisa saja terpapar. “Awalnya sangat sulit menjelaskan kepada keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Mereka menghindari kita sekalipun sudah dinyatakan sudah sembuh. Tapi lama kelamaan mereka sudah bisa paham dan mengerti dengan virus ini. Sekarang ini sudah menganggap biasa-biasa saja,” kata Sila.
Sejak dinyatakan sembuh dari Covid, Silahuddin banyak menerima undangan untuk menjadi panelis sebagai survivor Covid-19, baik lewat daring maupun pertemuan tatap muka. “Saya selalu mengkampanyekan tentang bahaya virus Corona dan bagaimana melawannya. Juga bagaimana neizen tetap pentingnya menggunakan protokol kesehatan setiap keluar rumah,” ujarnya.
Manis pahitnya menjadi pasien Covid banyak diceritakan Komisaris PT Fajar Ujungpandnag Intermedia ini. Awal menjalani isolasi sangat menakutkan. Selain beban psikologis, setiap hari juga dia melihat langsung pasien-pasien yang tingkat keseriusan kesembuhannya sangat minim karena punya riwayat penyakit. Belum lagi setiap saat mendengar bunyi sirene ambulans. “Ya kalau tidak masuk, ya keluar untuk dimakamkan. Itu yang membuat saya stress hingga kerap menjadi beban psikologis,” ungkap Silahuddin.
Beban lainnya ketika foto thoraks dua kali dinyatakan menderita pneumonia bilateral. Kondisi ini sempat membuat kondisinya drop. Sebab, dari hasil penelusuran di internet, pasien yang sudah masuk pneumonia bilateral berarti konidisinya sudah terbilang parah, karena kedua paru-paru sudah terserang virus. “Ini yang membuat saya sempat drop. Kiri-kanan paru saya sudah terserang. Jadi agak lama untuk bisa dipulihkan,” ujarnya.
Tapi Silahuddin tak patah arang. Dia terus melawan virus ini, dengan memperbanyak asupan vitamin, konsultasi dengan dokter relasi di luar rumah sakit, serta doa dari semua teman-teman. “Saya terus bersemangat karena teman-teman tak berhenti mendoakan dan mengirim sejumlah asupan vitamin dan obat herbal. Harapannya, saya bisa sembuh dan keluar dari rumah sakit itu bersama istri saya,” tambah Silahuddin.
Selama di rumah sakit, dia bersama pasien lainnya aktif membangun komunikasi, olahraga bersama setiap pagi. Silahuddin juga bisa berbagi kisah dengan berkenalan dengan pasien di rumah sakit itu dari berbagai daerah dan profesi. Bahkan, diangkat menjadi ketua kelas di Angkatan pasien Covid di RS Sayang Rakyat. “Sampai hari ini group saya masih aktif untuk berbagi kisah dan perkembangan pekerjaan setelah dinyatakan sembuh total. Saya juga bisa kenal dengan paramedis, dokter hingga direktur rumah sakit,” paparnya.
Kini, selain kerap menjadi narasumber sebagai survivor (mantan pasien yang dinyatakan sembuh), Silahuddin juga kerap mendapat telepon dari teman dan relasi yang terpapar Covid. Malah, tidak sedikit dari keluarga dan rekan-rekannya minta difasilitasi ke rumah sakit ini setelah dinyatakan positif terpapar Covid. “Ya, kita bantu sepanjang bisa kita fasilitasi. Saya setiap saat menelepon direktur RS Sayang Rakyat ketika ada keluarga dan teman yang minta difasilitasi untuk dirawat di sana. Apalagi saat ini pasien mulai membeludak lagi,” ungkap mantan Direktur Utama Harian Ujungpandang Ekspres ini.
Gejala Covid-19
Sila mengungkapkan bagaimana dia pertama kali mulai mengalami gejala mirip demam biasa pada 23 Mei 2020 lalu. Gejala tersebut muncul saat pulang dari buka puasa di rumah pribadi salah seorang pejabat di Sulsel. Sepekan minum obat anti nyeri dan demam dari dokter, rupanya tak membuat kesehatannya pulih.
Dia merasakan sakit kepala seperti gejala tyfus, bersama dengan demam dan nyeri tubuh, serta buang-buang air. Sakit itu membuatnya harus berinisiatif memeriksakan diri ke IGD rumah sakit. Tapi dia disarankan untuk balik ke rumah oleh dokter yang memeriksanya karena hasil rapid test dinyatakan nonreaktif. Dua hari isolasi di rumah juga tak membuat mantan wakil pemimpin redaksi Harian Fajar ini sembuh dari sakit. Pun, dia meminta ke istrinya untuk diinfus di klinik atau rumah sakit. “Saya memohon diantar ke rumah sakit karena sudah tidak tahan lagi di rumah,” kenangnya.
Di IGD RSUD Pangkep, dokter menyarankan foto thorax. Hasilnya sungguh membuat kaget. Dia didiagnosa ada gejala brons pneumonia. Itu menandakan bahwa ada virus yang mulai menyerang ke paru-paru. Setelah konsul ke dokter, dia disarankan untuk dirujuk di rumah sakit Sayang Rakyat sebagai rumah sakit rujukan Covid-19. Dua hari di rumah sakit Sayang Rakyat, 2 Juni 2020, Sila menjalani tes PCR Swab dengan hasil positif Covid-19.
Keluarga serumah ikut menjalani test PCR Swab, termasuk anak-anaknya. Keesokan harinya, Direktur RSUD Pangkep menyampaikan kabar ke Sila untuk tetap tenang dan sabar, karena istrinya ikut terpapar – meskipun disebut OTG (orang tanpa gejala). “Istri saya harus menjalani isolasi di salah satu hotel di Makassar,” katanya.
Tiga hari di hotel, Silahuddin meminta istrinya untuk bersama-sama di RS Sayang Rakyat untuk diisolasi. “Karena sama-sama positif, ya lebih baik kita menyatu saja biar bisa saling urus,” kenangnya.
Bukan hanya soal tempat isolasi. Silahuddin berani menunda jadwal swab yang ditentukan pihak rumah sakit, agar bisa sama-sama negative hasilnya dengan istri tercinta. “Saya khawatir jika saya mengikuti jadwal swab yang ditentukan dan dinyatakan negative dua kali berturut-turut, berarti saya harus meninggalkan rumah sakit, sementara istri saya masih terbaring di sana karena belum keluar hasil swabnya,” kenangnya mengaku tujuh kali menjalani tes PCR untuk bisa dinyatakan sembuh. (*)