Pertumbuhan Ekonomi Masih di Angka 5 Persen, Ini Penyebabnya

Menteri Keuangan (Kemenkeu), Sri Mulyani

KILASSULAWESI.COM, JAKARTA – Kuartal ketiga akan segera berakhir, dan segera memasuki kuartal keempat 2019, namun pertumbuhan ekonomi belum menunjukkan geliat yang menggembirakan alias masih di level 5 persen. Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Andry Satrio Nugroho mengatakan, Indef memproyeksikan hingga akhir tahun 2019, pertumbuhan ekonoi masih di angka 5 persen. Alasannya, karena gejolak ekonomi global yang belum mereda.

“Ada beberapa faktor kondisi yang mempengaruhi performa ekonomi domestik hingga akhir tahun, yakni diantaranya perlambatan ekonomi yang cukup siginifikan yang dilatarbelakangi oleh ekspor yang menurun, ditambah lagi tensi perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi,” ujar Andry kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Minggu 13 Oktober, kemarin.

Maka, dengan melihat indikator tersbebut, Indef melihat pada kuartal III/2019 hingga kuartal IV/2019 pertumbuhan ekonomi belum bergeser dari angka 5 persen. “Salah satunya karena Purchasing Manufacturing Index (PMI) belum cukup membaik, dan permintaan komoditas manufaktur juga belum cukup banyak, sehingga ke depan (pertumbuhan) Indonesia sampai kuartal keempat 2019 belum terdorong cukup signifikan,” tutur dia.

Lanjut Andry, saat ini yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi hanya sektor konsumsi. Karena itu, dia meminta pemerintah untuk menjaga konsumsi masyarakat tetap baik. “Praktis kita hanya mengandalkan dari konsumsi rumah tangga yang masih tetap dijaga. Kita juga masih menjaga inflasi tetap stabil,” ucap dia.

Terpisah, Menteri Keuangan (Kemenkeu), Sri Mulyani mengakui bahwa kekhawatiran pertumbuhan ekonomi tidak akan bergerak banyak pada kuartal III/2019. Hal itu melihat dari investasi dan ekspor yang cenderung melemah. “Kita menganggap ada beberapa faktor yang masih jadi perhatian. Terutama dari sisi ekspor dan kita akan lihat apakah investasi juga bisa distimulasi dari berbagai kebijakan maupun dunia usaha,” ujar Sri Mulyani di Depok, Jawa Barat.

Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh 5,05 persen secara year-on-year (yoy) pada kuartal II/2019. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh hampir semua lapangan usaha, di mana pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 10,73 persen.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) yang meningkat sebesar 15,27 persen. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2019 mengalami pertumbuhan sedikit dibanding kuartal sebelumnya. Catatan BI, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III/2019 masih di kisaran 5,1 persen, lebih tinggi dari kuartal II/2019 yang hanya 5,05 persen.

BI juga memperkirakan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada kuartal III/2019 berada di kisaran 2,5 persen -3 persen dari produk domestik bruto (PDB). Hal itu itu didukung oleh penanaman modal asing (PMA) dan investasi portofolio ke surat berharga negara (SBN).(FIN)

Pos terkait