Heboh, Fenomena Halo Matahari Terlihat di Parepare,Sidrap dan Pinrang, Ini Penjelasan Peneliti Lapan

KILASSULAWESI.COM, SIDRAP– Masyarakat dihebohkan fenomena halo matahari yang terlihat dibeberapa wilayah Ajatappareng, Sabtu 6 Maret, sekitar pukul 12.00 wita. Penampakan matahari ini terlihat di Kota Parepare, Kabupaten Sidrap dan Pinrang.

Penampakan matahari tampak dilingkari cincin berbentuk bulat. Warganet pun mengabadikan momen tak biasa ini dan mengunggahnya di sosial media.”Masya Allah,” tulis Warganet asal Sidrap,” Asmar di story WhatsApp-nya saat mengabadikan momen tersebut,”.

Bacaan Lainnya

Sementara di Pinrang dan Kota Parepare juga fenomena tersebut tampak terlihat jelas. “Percayalah semua orang akan merindukanmu ketika kamu sudah tiada,” tulis Warganet asal Pinrang saat mengabadikan momen itu.

Astronom yang juga peneliti madya Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Rhorom Priyatikanto menjelaskan, fenomena halo matahari ini terjadi lantaran ada bulir es di bagian atas atmosfer yang disebut awan cirrus. “Bentuk bulirnya khas sehingga membelokkan cahaya sehingga membentuk cincin,” kata Rhorom.

Dia menuturkan, awan cirrus berada sekira enam hingga tujuh kilometer dari permukaan bumi. “Awan cirrus memiliki partikel yang sangat dingin lalu membiaskan cahaya matahari. Sehingga membentuk cincin melingkari matahari,” tuturnya.

Ia mengatakan, awan cirrus berada sekitar enam hingga tujuh kilometer di atas permukaan bumi. Meski demikian, fenomena tersebut tak memberikan dampak berarti. “Fenomena ini gak lama dan akan hilang setelah matahari bersinar memanaskan partikel air yang dingin di awan cirrus,” katanya.

Rhorom menyebut, fenomena tersebut bukan lah hal langka. Hanya saja, kata dia, fenomena itu tak bisa diprediksi kapan terjadi. “Ini bukan fenomena langka, tapi susah diprediksi kapan terjadinya” katanya.

Dia mengungkapkan, masyarakat di Sulsel tak semua bisa menyaksikan fenomena ini. Sebab, kondisi atmosfer tiap wilayah berbeda. “Misalnya di Makassar, Sulsel itu tidak kelihatan karena kondisi atmosfernya berbeda. Fenomena itu sifatnya lokal,” tutupnya. (ami/B)

Pos terkait