Di Kampung Cinta Mengalir Sungai Rasa

Ibrah La Iman

Berbeda dengan hasil panen Pak Resah, lahannya gagal panen, buah-buahnya banyak yang rusak dan busuk, banyak yang mengira itu mungkin pengaruh pembangunan ambisinya. Pak Resah sepertinya harus mengubur harapannya akan meraup untung banyak dari pengunjung penikmat-penikmat buah dengan kualitas bangunan fisik yang mewah juga masjid terapung.

Catatan: Ibrah La Iman

Bacaan Lainnya

Saat ini, Pak Resah harus menanggung kerugian berkali lipat. Pertama, gagal panen. Kedua, modal yang ia pinjam dari investor tidaklah gratis. Ketiga, impiannya selama ini untuk menjadi kepala kampung tidak dapat ia raih.

Pak Rahman yang terpilih menjadi Kepala Kampung Cinta didatangi banyak pemilik lahan perkebunan untuk belajar cocok tanam buah yang baik. Hingga Pak Rahman menggagas Balai Pelatihan khusus cocok tanam buah, diperuntukkan bagi siapa saja. Kampung Cinta pun tak hanya dikenal sebagai penghasil buah kualitas tinggi tapi juga dikenal sebagai penghasil petani-petani buah yang baik.

Pak Rahman dikenal sangat peduli pada pembangunan Sumber Daya Manusia Kampung Cinta. Baginya tidak ada tawar menawar untuk pengembangan imajinasi, kreatifitas, inovasi dan semangat untuk menjadi lebih baik di masa depan. Setiap pasca panen, puluhan pemuda-pemudi pilihan Kampung Cinta diutus untuk belajar pelbagai keilmuan ke luar negeri. Pemilik lahan diajak Pak Rahman untuk membiayai dan memfasilitasi pemuda-pemudi tersebut.

Pak Rahman tidak berambisi merubah Kampung Cinta seperti luar negeri yang dihiasi lampu-lampu, jalanan lebar, jembatan full variasi bling-bling, juga masjid terapung. Pak Rahman melakukan kebalikannya. Bangunan tradisional mendapatkan tempat, dipertahankan dan dirawat bersama budaya Kampung Cinta.

Setiap pengunjung Kampung Cinta dibuatkan batas kendaraan bermesin, lahan perkebunan warga dijaga kealamiannya. Pengunjung difasilitasi bendi-bendi untuk mengelilingi dan menikmati areal perkebunan serta mereka dapat memetik buah langsung dari pohonnya.

Bangunan-bangunan dibuat sederhana dan bermanfaat langsung untuk kebutuhan warga. Sejak Pak Rahman terpilih, warga dan pengunjung menggunakan perahu hilir mudik menyebrang atau mengikuti arus Sungai Rasa, dan buah-buah juga bisa dipetik dari atas perahu.

Di Kampung Cinta, pengunjung betah menginap di rumah-rumah warga walau hanya dihiasi lampu pelita sederhana dan disinari rembulan malam. Setiap warga Kampung Cinta menghias rumah-rumah mereka dengan senyuman dan keramahtamahan, tercermin dari sikap pemimpin mereka yang bersahaja.

Pemuda-pemudi yang setiap pasca panen dikirim untuk belajar di luar, satu persatu menyelesaikan studinya dan kembali ke Kampung Cinta. Dengan bantuan mereka Kampung Cinta kini dikenal sebagai eksportir high recommended hingga ke pelosok-pelosok luar negeri.

Kebiasaan Pak Rahman sederhana, mungkin itu adalah kebahagiaan yang dititipkan Pencipta padanya. Dia berkeliling kampung dari rumah ke rumah bercerita, minum kopi bersama, berbagi pengalaman, menguatkan harapan, memudahkan urusan, menegakkan kebersamaan, merawat saling menghormati, menghargai impian, memeluk kasih sayang, juga menebarkan rasa cinta pada kampung.(*)

Pos terkait