PAREPARE, KILASSULAWESI-Presiden Batu Putih Syindicate, Syamsul Bachri Sirajuddin atau yang akrab disapa Daeng Ancu menjelaskan, praktik politik uang dalam pemilihan legislatif (Pileg) tak bisa dipungkiri terjadi, walau itu jelas dilarang. Larangan itu jelas tertera dalam Undang-undang No.7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.
Bagaimana dengan Pilkada serentak ?
Daeng Ancu saat berdiskusi ringan di Warkop 588 menuturkan hasil survei Batu Putih Syindicate yang dilakukan di Kota Parepare.
” Ada salah satu pertanyaan dari survei yang kita lakukan, dimana mempertanyakan apa bila ada kandidat calon wali kota di Parepare berbelanja kepada masyarakat (money politik-red). Jawabannya sekitar 52 persen responden menyatakan tidak setuju. Tapi sisanya 45 persen ada tiga kategori pertama menyatakan pilih tidak terima uangnya pilih, kedua terima uangnya pilih dan ketiga siapa besar uangnya dipilih,”ujarnya, Rabu, 17 April 2024, siang tadi.
Pernyataan itu disampaikan mereka jika pelaksanaan Pilkada Kota Parepare berlangsung. ” Maka saya yakin dan percaya, bahwa masih ada 3 persen pemilih memiliki perhitungan dalam memilih figur di Pilkada 2024,”jelasnya.
Maka, lanjut Daeng Ancu, bagi calon legislatif yang kembali maju agar jangan percaya diri apa bila suaranya akan ekufalen dengan apa yang akan diraihnya pada Pilkada. ” Di Pileg, capaian suara itu saling membantu sesama caleg yang lain. Dan itu tidak akan sama di Pilkada, makanya persentasenya harus dikasi turun,” bebernya.
Ia pun mencotohkan, jika pada Pileg seseorang memperoleh 1000 suara maka yakinlah 350 itu suara pastinya. “Tidak bisa kita pastikan sama, karena setiap pemilihan beda persepsi yang ada di masyarakat,” bebernya.
Saat disinggung terkait figur yang mencuat di Kota Parepare yakni FAS, TSM dan Erat serta TQ. Daeng Ancu secara terang-terangan menjelaskan, dari survei dengan melihat hasil swing voters antara Faisal Andi Sapada (FAS) dan Tasming Hamid (TSM) masih tinggi FAS. Terlebih posisi Ketua DPD II Golkar Parepare, Erna Rasyid Taufan (Erat) malah lebih rendah lagi. “Bu Erna lebih rendah dari keduanya, apa lagi banyak tantangan yang dihadapi. Dimana eksistensinya lebih tinggi,”jelasnya.
Namun, ia meyakini baik Partai Golkar maupun NasDem itu memiliki mekanimes tersendiri dalam menentukan figur. “Kedua parpol ini realistis dalam memilih calon yang akan bertarung di Pilkada Parepare. Paling mencari siapa kader yang surveinya lebih tinggi. Intinya kader internal yang akan dipilih, sudah itu rumusnya,”ungkapnya.
Ditambahkannya, pada pelaksanaan Pilkada serentak khusus Kota Parepare. Masyarakatnya tidak akan berpatokan pada money politik apa lagi dengan wilayah yang cukup kecil dengan empat kecamatan.
“Masyarakatnya hiterogen contohnya kelompok sidrap pasti arahnya memilih kelompoknya, begitupun Enrekang. Beda dengan Pileg, calon saja dari 25 orang dikalikan 18 partai politik. Itu baru kabupaten, belum provinsi dan pusat maka wajar mulut masyarakat terbuka dengan mengambil kesempatan,” tutupnya.(*)