BONE, KILASSULAWESI- Beredar sebuah video pengakuan seorang ibu warga Kecamatan Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel), yang mengaku telah menerima paket sembako dan diarahkan untuk memilih paslon Danny Pomanto-Azhar Arsyad untuk Pilgub Sulsel dan paslon Andi Islamuddin-Andi Irwandi Natsir untuk Pilbup Bone.
Menurut ibu tersebut, beberapa orang yang dikenal sebagai tim paslon Andi Islamuddin-Andi Irwandi mendatangi kediamannya dan menyerahkan paket kantong plastik hitam berisi sembako seperti minyak goreng, beras, gula, susu kaleng, dan lain-lain. “Iye, saya sudah terima sembakonya, datang jam 1 malam. Tidak ada saya lihat gambar tapi diminta untuk memilih Danny Pomanto untuk pilgub dan Andi Islamuddin untuk Pilbup,” ujarnya.
Sebelumnya, Polres Bone bersama Paswascam Lappariaja Bone telah melakukan penyelidikan atas temuan sebanyak 10.000 paket sembako di kediaman seorang warga bernama Muh Adil di Lappariaja Bone. Dalam laporan polisi, Muh Adil mengatakan bahwa paket sembako itu milik Prof. Zakir Sabara, seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi di Makassar.
Saat dimintai keterangan oleh polisi, Prof Zakir Sabara mengakui bahwa paket sembako itu memang miliknya, namun akan dibagi untuk sedekah Jumat berkah.
Dugaan Pelanggaran Pemilu
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum DPP LSM Latenritatta, Mukhawas Rasyid, S.H, M.H, menilai video pengakuan ibu tersebut menjadi bukti awal adanya dugaan kuat pelanggaran pemilu di sana. “Indikasi tindak pidana pelanggaran pemilu memang sangat tercium aromanya. Bayangkan ada puluhan ribu paket sembako dipasok. Ini jumlah yang sangat banyak. Kalau dikatakan itu untuk sedekah Jumat berkah, saya pikir ini lucu dan di luar nalar,” ujarnya.
Pengakuan Prof Zakir bahwa paket sembako itu untuk sedekah, menurutnya sulit dicerna akal sehat mengingat jumlah yang sangat banyak serta hanya terkonsentrasi di satu kecamatan. “Lagi pula, ini dilakukan saat pencoblosan pilkada hanya menghitung hari serta rekam jejak kedekatan Prof Zakir dengan salah satu paslon,” imbuhnya.
Mukhawas Rasyid menambahkan, jika pengakuan ibu tersebut benar, Prof Zakir yang dikenal sebagai seorang guru besar sangat mencoreng nilai-nilai integritas seorang guru besar. “Kalau benar, ini kejadian yang memalukan sebenarnya. Bagaimana seorang pendidik dan guru besar melacurkan demokrasi untuk kepentingan syahwat politiknya,” katanya.
Karenanya, untuk menjaga kualitas demokrasi, khususnya di Bone, dia menyarankan agar kasus ini diusut hingga ke akarnya. “Kalau memang Polres Bone tidak melanjutkan kasus ini, Polda Sulsel sebaiknya mengambil alih untuk mencegah gesekan masyarakat dan pendukung paslon di Pilkada Bone. Ini rawan mengganggu kamtibmas. Saya akan melaporkan secara resmi ke Polda Sulsel dengan meminta Polda agar melakukan pembuktian terbalik,” kuncinya.(*)