KILASSULAWESI.COM, MAMUJU– Antrian kendaraan karena kesulitan mendapat BBM baik premium dan pertalite di SPBU, sudah menjadi hal biasa yang kerap dikeluhkan masyarakat diwilayah Sulawesi Barat. Setiap hari stok SPBU cepat habis. Seperti di SPBU Simbuang yang terletak di dalam Kota Mamuju, setiap sore jelang magrib motor tangki besar seperti Suzuki Tunder sudah berjejer mengantre. Satu motor tak hanya mengisi sekali, tetapi berulang kali.
Antrean seperti ini tidak akan berhenti sebelum tangki SPBU benar-benar kering. Setelah stok habis, mereka kembali memarkir kendaraannya di SPBU di malam hari. Besoknya mereka kembali antre. Kejadian ini berulang terus menerus setiap hari selama bertahun-tahun.
Warga Lingkungan Padang Baka, Kelurahan Karema, Mamuju, Ardi Muchlis mengatakan, kondisi ini memaksanya membeli premium untuk keperluan sehari-hari di eceran. Meskipun harganya jauh beda dari SPBU, dia sudah terbiasa karena untuk pergi antre saja sudah menghabiskan waktu berjam-jam demi satu hinga empat liter premium. “Setiap hari kita semua beli premium atau pertalite di eceran. Kalau mau mengantri di SPBU bisa berjam-jam. Biasa sudah antre berjam-jam malah habis,” ungkapnya, kemarin.
Sekadar diketahui, penjual bensin eceran terancam pidana enam tahun kurungan dengan denda Rp6 miliar. Mereka melakukan usaha yang tergolong ilegal. Hal itu diatur dalam UU No. 21 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi memang melarang praktik penjualan bensin eceran. Sementara, setiap orang yang kedapatan melakukan penyimpanan BBM tanpa izin usaha penyimpanan, dipidana tiga tahun penjara dan denda maksimal Rp30 miliar.
Unit Manager Communication & CSR PT Pertamina (Persero) MOR VII Sulawesi, Hatim Ilwan mengatakan, selama ini tidak ada masalah kalau dari segi penyaluran. Dia mengakui ada modus itu memang ada di lapangan. Hanya saja, kata dia, pihak SPBU tidak bisa berkutik. Apalagi, sering mendapat ancaman kekerasan dari oknum pelaku pengecer premium ilegal. “Kami tidak menutup mata ada modus seperti itu, kami sempat menemukan di lapangan. Justru teman-teman di lapangan diancam hingga dipukuli kalau tidak dilayani,” bebernya.
Pihaknya juga intens melakukan koordinasi dengan pemda, khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Termasuk juga koordinasi dengan Polda Sulbar, untuk penertiban penyaluran. “Intinya sih perlu pengawasan bersama oleh pemda dan aparat setempat, agar BBM tidak habis dibeli pengecer,” harapnya. (FIN)