Pembangunan Pariwisata, Sandiaga Uno: Perhatikan Tatanan Ekosistem Kepariwisataan 

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno

PAREPARE,KILASSULAWESI.COM– Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, menjelaskan, dalam pembangunan kepariwisataan di Tanah Air penting untuk memperhatikan pengaplikasian tatanan ekosistem kepariwisataan dengan baik. Terlebih di era atau situasi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) saat ini yang menggambarkan perubahan atau kerentanan, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas serta situasi pandemi COVID-19 yang menjadi salah satu tantangan besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Hal tersebut disampaikan Menparekraf Sandiaga Uno terkait diluncurkannya buku “Ekosistem Kepariwisataan” yang ditulis Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenpareraf/Baparekraf, Dr Frans Teguh, MA. “Oleh karena itu, tatanan ekosistem kepariwisataan sangat penting untuk diaplikasikan dalam skema pembangunan kepariwisataan,” kata Menparekraf Sandiaga Uno dalam peluncuran buku “Ekosistem Kepariwisataan”,kemarin.

Bacaan Lainnya

Menparekraf Sandiaga menyambut baik kehadiran buku “Ekosistem Kepariwisataan” yang dinilai akan berkontribusi besar pada pembangunan kepariwisataan Indonesia di era pandemi dan post pandemi. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi stakeholder pariwisata khususnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam memformulasikan strategi, kebijakan dan program pembangunan pariwisata nasional dan daerah.

Selain itu, buku ini juga dapat menjadi referensi bagi Dosen dan Pengajar serta mahasiswa-mahasiswi pada jurusan pariwisata dalam memahami konsep dan pendekatan baru pengembangan pariwisata di masa kini dan masa mendatang. “Konsep dan pendekatan ekosistem kepariwisataan relevan dan kontekstual di tengah berbagai upaya memperkokoh inovasi, adaptasi, dan kolaborasi sekaligus menawarkan solusi dalam berbagai level of playing field dan kekuatan sektor parekraf menjadi pemenang pandemi,” kata Sandiaga, melalui rilis resminya ke Parepos.co.id, Rabu, 22 Desember 2021.

Dalam bukunya, Frans Teguh menyampaikan beberapa gagasan. Diantaranya manajemen berbasis ekosistem kepariwisataan mengutamakan penguatan outstanding values proposition dalam mengelola berbagai kesenjangan ekologis, sosial, teknologi, dan spiritual di tengah pusaran VUCA. Paradigma system thinking dan transformasi ekosistem kepariwisataan mengutamakan perubahan egosentris ke ekosentris, lintas dimensi, lintas disiplin, berdimensi jangka panjang, berpusat pada manusia, berpijak pada pengelolaan dan tata kelola yang adaptif dan dinamis, serta berorientasi nilai yang berkelanjutan.

Penguatan orkestrasi dan simfoni menuju keselarasan, keseimbangan, serenity dan kebahagiaan. “Kualitas tatanan ekosistem niscaya akan dapat menghindari bencana ekologis, denaturalisasi, dekadensi nilai/martabat, social distrust, dehumanisasi, komersialisasi, dan hegemoni masif seperti perubahan iklim yang ekstrem, kematian rantai nilai ekosistem dan disequilibrium,” ungkap Frans Teguh. Frans menjelaskan, fakta empiris menunjukkan terjadi disrupsi, perubahan tren, perilaku, dan gaya hidup manusia pascapandemi, bahkan maraknya penggunaan media sosial di era post truth.

Hal ini kemudian menjadi lanskap pemikiran ekosistem kepariwisataan menuju kualitas pengalaman holistik, reputasi, dan pilihan destinasi futuristik yang berkarakter dan bertanggung jawab. Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Sekretaris Utama Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ni Wayan Giri Adnyani, mengatakan, buku ini mempertegas orientasi dan arah baru pembangunan dan manajemen berbasis ekosistem kepariwisataan ke depan. “Perspektif dan pendekatan yang dijabarkan dalam buku ini diharapkan dapat menjembatani berbagai inisiatif konsep pendekatan, konteks, solusi sistem, praktik nyata manajemen berbasis ekosistem, dan pengukuran ekosistem kepariwisataan yang komprehensif,” kata Giri.

Senada dengan Giri, akademisi yang juga seorang praktisi bisnis tanah air, Rhenald Kasali mengungkapkan apresiasi atas usaha yang sungguh-sunghih nenghasilkan buku ekosistem kepariwisataa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tema ekosistem kepariwisataan merupakan topik yang penting kontekstual di tengah pertumbuhan demografis dunia, perubahan perilaku seperti sampah, kepunahan dan kehilangan keanelaragaman hayati dan disrupsi. Buku ini menawarkan pemikiran yang berpijak pada keseimbangan ekologis, sosial budaya, bisnis dan digital  dalam pembangunan ekosistem kepariwisataan.

Selain itu, dari pihak industri pariwisata, Ketua  GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia), Didien Junaedi dan Presiden Direktur Panorama Group, Budi Tirtawisata menambahkan bahwa kehadiran buku ini selaras dengan kebutuhan untuk menata ekosistem bisnis pariwisata yang sesungguhnya sumber dayanya berasal dari bumi, sosial-budaya, teknologi dan informasi. Buku ini dapat menjadi menjadi pegangan bagi industri pariwisata untuk mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan sehingga memiliki daya saing di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Penerbit Kompas melalui P. Tri Agung Kristanto, Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, mengemukakan bahwa buku ini dapat memperluas perspektif yang utuh, solutif, kreatif, adaptif dan komprehensif dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia demi tercapainya pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan. Dalam launching buku ini hadir para pembahas seperti Drs. Noviendi Makalam, MA, Analisis Kebijakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Prof. Dr. Diena M Lemy, MM, A.Par. CHE, Dekan Fakultas Pariwisata, Universitas Pelita Harapan dan Sekretaris  Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (Hildiktipari), Dr. Leonardo A.A. Teguh Sambodo, Direktur Industri, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Kementerian PPN/Bappenas, Dr. Mangadar Situmorang Rektor Universitas Katolik Parahyangam sekaligus Analis  Hubungan Internasional dan Prof Dr Jatna Supriatna, Ketua Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Universitas Indonesia. Sesi pembahasan buku ini dimoderatori oleh Dr. Ing. Ignatius Iryanto yang merupakan Head Of External, Adaro Metcoal Companies – Adaro Group.(*/ade)

 

Pos terkait