Peringati Haul Ke- 39 AG HM Amber Said

Kemenag Barru bersama para tamu undangan di Haul - 39 Al Marhum Al Magfurullah AGH. AMBERI SAID

BARRU, KILASSULAWESI- Peringatan HAUL Ke- 39 Al Marhum Al Magfurullah AGH. AMBERI SAID sebagai pimpinan pondok pesantren DDI Mangkoso kedua yang lahir 23 Mei 1919 dan Wafat 30 Juli 1985, diperingati Masjid Jami’ Mangkoso, Kabupaten Barru.

Penulis mencatat ada lima pelajaran yang ditanamkan Almarhum Almagfurullah Anregurutta H.M.Amberi Said kepada anak santri dan umat. Sebagaimana pengakuan Alumni sekaligus guru besar Prof. DR. H. Datok Sayyid Muhammad Aqil Bin Ali Mahdaliy yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pakar Guru Besar Universitas Islam Syekh Daud Al- Fatthani Thaeland, serta anak bungsu beliau Gurutta Ahmad Rasyid, S.Hi, M. Pdi serta testimoni Gurutta Drs. H. Jalaluddin dan Gurutta Drs. H. Ibnu Hajar.

Bacaan Lainnya

Lima pelajara yang ditanamkan yakni:
1. Kedisiplinan
2. Komitmen
3. Kejujuran
4. Kesederhanaan
5. Konsisten

Bahkan, pimpinan ponpes DDI Mangkoso yang jg putra sulung beliau AGH. Prof. Dr. HM. Faried Wajedy Lc.MA mengatakan, pesan terdalam yang beliau sampaikan untuk semua santri- santriwatinya adalah ” Magguruki masussah, nasaba iyamanenna tawwa macca maneng manyameng” artinya belajarlah menderita dalam hidup ini, karena semua orang pintar menikmati hidup bahagia.

Pernyataan ini kembali disampaikan kepada masyarakat dan santri santriwati pondok pesantren DDI Mangkoso di Haul Ke-39 AG HM Amber Said. Hadir sejumlah undangan diantaranya, Kepala Kantor Kemenag Barru, H Jamaruddin, Rektor Institu Bisnis dan Administraai Al- Gazali Barru Prof Dr.H. Kamaruddin Hasan, M.Pd dan para tokoh Agama dan tokoh masyarakat Barru.

Almarhum AG HM Amberi Said melanjutlan amanah AGH Abdurrahman Ambo Dalle sebagai pimpinan pondok pesantren DDI Mangkoso pada tahun 1949, dan wafat pada Tanggal 30 juli 1985. Berkat pesan dan pendidikan para pendiri dan penerus Ponpes DDI Mangkoso telah melahirkan alumni alumni yg sdh berhasil bertebaran di penjuru dunia.

AG HM Amberi Said

Subuh sebentar lagi tiba, namun gelap masih menyelimuti bumi. Embun yang menyaput dedaunan menambah dingin suasana. Di tengah kegelapan itu, seorang lelaki muda mengayuh sepeda tanpa menghiraukan udara dingin yang menusuk tulang.

Ia tampak agak tergesa karena harus tiba di mesjid yang jauhnya tiga kilometer dari tempat tinggalnya, sebelum azan subuh menggema.
Lelaki muda itu adalah Muhammad Amberi Said.

Tokoh yang kelak mengharumkan kiprah Pondok Pesantren DDI Mangkoso hingga namanya tidak bisa dipisahkan dari sejarah lembaga pendidikan yang cukup ternama itu. Dilahirkan di Kampung Lapasu, Desa Balusu, Kecamatan Soppeng Riaja (tiga km sebelah timur Mangkoso) pada tanggal 23 Mei 1919.

Oleh kedua orang tuanya, M. Said Daeng Patapa dan I Wilo Daeng Macora, ia diberi nama La Mandora. Ketika penjajah Belanda memerintahkan rakyat untuk bekerja paksa, ia dibawa oleh neneknya, I Jawe Daeng Tamemme, untuk menemui Datu Soppeng guna mendapatkan Stambuk agar terhindar dari kerja paksa tersebut.

Oleh Datu Soppeng, ia diberi stambuk dan gelar Daeng Palallo yang berarti Melampaui. Menurut silsilah lontara, garis keturunannya dianggap melampaui saudara sepupunya yang lain. Kelak, saat belajar di Salemo, gurunya di sana mengganti namanya menjadi Muhammad Amberi Daeng Palallo.

Tampaknya, dunia pendidikan telah menempa pribadinya sejak kecil.
Setamat mengaji Alquran, Muhammad Amberi belajar agama pada pengajian yang diadakan oleh H. Kittab (Kadhi Soppeng Riaja dan kelak menjadi paman mertuanya), sambil bersekolah di Sekolah Rakyat (SR) Lapasu.

Sore hari ia belajar pada sekolah Muhammadiyah Kampung Baru, sejak tahun 1929. Ia menamatkan pendidikan pada kedua sekolah tersebut pada tahun 1933.

Setahun kemudian, ia melanjutkan pelajaran ke Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) Sengkang yang diasuh oleh Anregurutta H. Asad dan Anregurutta H. Ambo Dalle. Pada tahun 1936, Muhammad Amberi meneruskan pelajaran pada pengajian salaf di Pulau Salemo. Di pulau itu, ia memperdalam ilmu agama Islam pada dua ulama besar di masa itu, Anregurutta Puang Walli dan Anregurutta Puang Apala.(*)

 

 

Pos terkait