JAKARTA, KILASSULAWESI- Pneumonia masih menjadi salah satu tantangan utama dalam masalah kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI, Taruna Ikrar, menyatakan bahwa penyakit ini dapat menyerang siapa saja, terutama kelompok yang paling rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. “Faktor risiko pneumonia meningkat pada anak-anak yang tidak divaksinasi,” ujar Taruna Ikrar dalam Talkshow: Bersama Cegah Pneumonia Menuju Indonesia Emas 2024 dengan tema “Pentingnya Ketersediaan Obat dan Vaksin Inovatif untuk Mendukung Indonesia yang Sehat,” pada Senin, 18 November 2024.
Taruna menambahkan bahwa data statistik Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014-2018 menunjukkan bahwa pneumonia merupakan salah satu dari sepuluh kasus rawat inap terbanyak. Berdasarkan data UNICEF, pneumonia menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia pada kelompok anak di bawah usia lima tahun. “UNICEF (2019) memperkirakan 2.200 anak meninggal akibat pneumonia setiap harinya,” ungkap Taruna Ikrar melalui zoom.
Sebagai Pengurus Harian Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin (IKA UNHAS), Taruna menjelaskan bahwa BPOM memiliki tugas dan fungsi untuk mengevaluasi keamanan, mutu, dan khasiat (efficacy) sebagai dasar pemberian izin edar vaksin pneumokokal. Vaksin yang telah mendapatkan izin edar BPOM berisi berbagai serotipe bakteri, antara lain vaksin pneumokokal dengan 10-valen, 13-valen, 15-valen, 20-valen, dan 23-valen.
Seluruh vaksin pneumokokal yang sudah tersedia di Indonesia telah melalui studi klinik dan memenuhi standar mutu yang ketat. Sebagai bagian dari komitmen mendukung kemandirian industri farmasi nasional, BPOM berkomitmen mengawal dan mendampingi proses pengembangan hingga vaksin dapat diproduksi mandiri di dalam negeri. “Kami tidak hanya memastikan produk vaksin aman dan efektif, tetapi juga mendorong kemitraan antara perusahaan farmasi global dan lokal untuk meningkatkan kapasitas produksi dan inovasi di dalam negeri,” pungkas Taruna.
Dengan adanya upaya ini, diharapkan angka kejadian pneumonia dapat ditekan dan masyarakat Indonesia dapat hidup lebih sehat.(*)





