JAKARTA, KILASSULAWESI- Tikus merupakan salah satu hama utama yang dapat mengancam penurunan produksi padi. Keterlambatan pengendalian hama tikus dan kurangnya monitoring dari petani menjadi masalah utama dalam penanganan hama ini.
Menanggapi hal ini, Rachmat, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), menekankan pentingnya pengendalian hama tikus yang kompak, dilakukan bersama-sama, dalam areal yang luas, dan secara berkelanjutan.
Menurut Rachmat, pengendalian hama tikus harus diprioritaskan secara ramah lingkungan, bukan dengan cara yang membahayakan lingkungan atau manusia, seperti penggunaan arus listrik. Ia memperkenalkan “10 Jurus Jitu” pengendalian hama tikus dengan pendekatan preventif yang diharapkan mampu mengatasi masalah tersebut.
Berikut adalah 10 Jurus Pengendalian Hama Tikus:
1. Sanitasi: Membersihkan lingkungan dari rumput dan semak belukar, terutama di pematang.
2. Aroma Alami: Menyebarkan aroma menyengat dari bahan alami seperti fermentasi urine sapi atau kambing.
3. Gropyokan: Gotong royong petani membasmi tikus di sawah, terutama sebelum tanam saat olah lahan.
4. Penggunaan Air atau Lumpur: Mengguyur lubang aktif di pematang dengan air atau lumpur.
5. Trap Barrier System (TBS): Memasang bubu perangkap yang menangkap banyak tikus secara terus-menerus selama musim tanam.
6. Pengemposan Belerang: Menggunakan belerang alami di lubang-lubang tikus.
7. Rumah Burung Hantu (Rubuha): Memasang Rubuha untuk memanfaatkan burung hantu sebagai musuh alami tikus.
8. Umpan Alami: Menggunakan umpan dari campuran ubi gadung, kulit kamboja, ragi tape, ikan, dan bekatul.
9. Tidak Membunuh Ular Sawah: Ular sawah adalah musuh alami tikus, jadi jangan membunuhnya.
10. Tidak Menggunakan Jebakan Listrik: Jebakan listrik berbahaya tidak hanya untuk tikus, tetapi juga untuk manusia.
Tikus merupakan hama utama tanaman padi (Oryza sativa L.) yang dapat menurunkan hasil produksi cukup tinggi. Tikus sawah (Rattus argentiventer) memiliki kemampuan berkembang biak yang sangat pesat. Secara teoritis, satu pasang ekor tikus mampu berkembang biak menjadi 2000 ekor per tahun.
Jika langkah-langkah ini dilakukan bersama dan secara konsisten, diharapkan dapat mengurangi populasi tikus dan meningkatkan hasil produksi padi.(*)