KILASSULAWESI.COM, PAREPARE — Aksi peduli terus digalakkan komunitas masyarakat ditengah situasi ekonomi yang kian sulit. Baru-baru ini, salah satu komunitas ibu-ibu yang menamakan diri Moms Jumat Berselawat, turun ke jalan dengan membuka lapak nasi bungkus dengan branding Lapak Moms Jumat Bershalawat, di Jalan Siliwangi, Samping Islamic Center Parepare, Jumat, 11 September 2020.
Uniknya, lapak atau warung paket nasi bungkus ini hanya dibayar dengan selawat. Setiap pengunjung yang datang di lapak itu khususnya dari para kaum dhuafa dapat membawa satu paket nasi hanya dengan modal selawat.
“Jadi sistemnya kita undang mereka datang kesini beli makan yang dibayar dengan berselawat,” kata koordinator Moms Jumat Bershalawat, Fitria Juniarti
Tujuannya kata Fitria, selain membantu mereka dimasa pandemi Covid-19, komunitas Moms Jumat Bershalawat ini juga ingin mengingatkan kembali kepada masyarakat khususnya kaum muslim untuk selalu mengingat Nabi Muhammad SAW melalui selawat.
Lapak yang sama lanjut Fitria juga dibuka seminggu lalu di Makassar. Menurutnya, pada saat itu Moms menemukan kenyataan bahwa, sekira 80 persen pengunjung lapaknya di Makassar dituntun berselawat.
“Ternyata apa yang kami temukan setelah membuka lapak Jumat Bershalawat di Makassar, ada 80 persen orang yang kami sentuh belum tahu berselawat, tidak bisa membedakan selawat dengan sahadat, mungkin karena grogi,” ujar Fitria
Para ibu-ibu dari komunitas ini lalu menuntun orang-orang yang tidak tahu berselawat agar terus mengamalkan selawat Nabi sekaligus mengajarkan mereka membedakan antara selawat dan sahadat.
Tidak hanya bagi kaum dhuafa, komunitas tersebut juga melakukan hal yang sama dengan mengunjungi panti-panti asuhan. Namun juga membagikan paket nasi kepada orang-orang non muslim, namun mereka yang menerima paket tidak diwajibkan membayarnya dengan berselawat.
“Jadi setiap orang yang datang atau datangi baik di panti asuhan maupun di jalan itu kami tanya, muslim atau bukan, kalau non muslim, tetap kami beri paket nasi, tapi kalau muslim kita ajak atau tuntun dulu untuk berselawat,” katanya.
Termasuk didalam komunitas itu ada anak-anak pejabat, seperti Bupati maupun anggota DPRD. Hanya saja waktu buka lapak nasi dibayar selawat itu tergantung kesempatan para anggota komunitas menurut kesepakatan masing-masing. Modalnya pun dihimpun dari uang saku pribadi para anggota komunitas.
Uang yang terkumpul disepakati untuk dikonversi menjadi paket nasi bungkus lalu dijual di lapak dengan harga selawat yang tempat-tempatnya telah ditentukan. “Jadi kalau waktunya kita ada di Makassar, kita bagi di Makassar, kalau di Parepare, ya kita buka di Parepare karena anggota kami dari daerah berbeda,” tandasnya.
Komunitas seperti itu juga kata dia ada di Palembang. Untuk di Sulsel khususnya di Makassar baru dibuka dan telah merekrut sebanyak 21 orang dari para sahabat dan orang-orang terdekat. Ia berharap, kedepan masih banyak kalangan yang tertarik melakukan hal yang sama dengan tujuan membantu masyarakat.(wal/B)