Kampung Lappa Anging merupakan sebuah perkampungan yang berada diwilayah perbukitan di Kelurahan Watang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare. Daerah ini, sebahagian masyarakatnya bekerja sebagai petani. Suara lenguhan sapi, di rumah warga sangat mudah kita jumpai, belasan sapi pun berjajar dan mudah ditemui merumput di jalan pada pagi hari. Akan tetapi, pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah kotoran sapi yang selama ini menjadi momok dengan aroma tak sedap kerap menjadi keluhan warga. Masyarakat di kampung tersebut hanya mengetahui, jika kotoran tersebut hanya bisa dimanfaatkan untuk pemenuhan pupuk bagi tanaman. Dan itu pun juga masih menjadi persoalan, jika musim penghujan tiba termasuk bagi para peternak sapi.
Akan tetapi, sejak tahun 2017 dimana perkembangan teknologi dan kemudahan masyarakat memperoleh informasi. Salah seorang warga, Nurdin berinovasi memanfaatkan kotoran sapi yang disulap menjadi energi untuk memasak. ” Selama ini, masyarakat disini hanya memanfaatkan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Tapi setelah kami memahami akan manfaat kotoran sapi yang bisa diolah menjadi instalasi biogas, kini sangat membantu. Apa lagi hampir sebahagian besar warga disini beternak sapi,”jelasnya.
Namun saat ini, dari inovasi itu hampir para pemilik ternak berbahagi. Kotoran sapi yang selama ini menumpuk dan berbau di kandang belakang rumah sudah dimanfaatkan dengan dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam bak khusus. Kemudian di bak ini, kotoran sapi tersebut dihancurkan dan diproses hingga menjadi energi biogas, kemudian dialirkan melalui pipa ke kompor. “Sejak masyarakat paham menggunakan biogas tak menemukan kendala berarti. Apa lagi tidak ada bau kotoran sapi, itu memberikan dampak positif,”jelas Nurdin.
Saat ini, kata Nurdin, stok akan kotoran sapi di dalam kandang begitu bermanfaat.Disini masyarakat sudah tidak bergantung lagi dengan kayu bakar, termasuk gas elpiji. Masyarakat kini menggunakan dan memanfaatkan energi biogas untuk masak, bahkan lebih hemat. Menyikapi inovasi masyarakat di Kelurahan Watang Bacukiki. Salah satu perushaan BUMN, PT Pertamina pada Kamis, 9 September 2021, menjadikan Kampung Lappa Angin, Kelurahan Watang Bacukiki menjadi Kampung Biogas.
Kadis Lingkungan Hidup, Budi Rusdi membenarkan adanya Kampung Biogas yang dicanangkan PT Pertamina di Kota Parepare. Kampung Biogas, kata Budi, merupakan program kolaborasi antara PT Pertamina dengan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). “Tadi kita lakukan pembentukan kelompok kampung Biogas yang berjumlah 10 orang,” jelasnya.
Senada diungkapkan, Junior Supervisor Fuel Terminal Parepare, Ketut Karno yang berharap dengan program Kampung Biogas masyarakat dapan memanfaatkan biogas sebagai energi untuk memasak yang dihasilkan dari kotoran sapi yang telah di permentasi.”Harapannya dari Kampung Biogas ini masyarakat bisa menghidupkan kompornya di rumah dengan biogas, yang dihasilkan dari kotoran sapi yang sudah dipermentasi. Nantinya juga dari sisa kotoran sapi, bisa diolah pula kembali menjadi pupuk,”jelasnya.
Sebelumnya, lanjut Ketut, pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas ini diketahui setelah dikelola oleh DLH, namun masih ada yang perlu diuppgrade. “Maka dengan informasi itu, kita dekat untuk ikut membantu dalam perbaikan, makanya kami lakukan survei sebelumnya. Dan akhirnya jadi seperti sekarang,”katanya.
Sementara, Camat Bacukiki, Saharuddin, mengatakan, pemerintah Kecamatan Bacukiki merasa bangga karena di salah satu Kelurahannya yaitu Watang Bacukiki menjadi tempat pengelolaan kotoran sapi menjadi biogas. “Warga Lappa Anging yang punya usaha peternakan sapi, dengan kotoran sapi yang selama ini jadi keluhan, kini dapat memanfaatkannya menjadi biogas. Daripada kotoran ini terbuang percuma. Jadi, warga bisa memanfaatkan untuk masak-memasak dan juga menjadi pupuk,”ungkapnya. Maka, rencana ke depan kelompok ini akan dikembangkan ke wilayah lainnya, yang memiliki ternak sapi.
Dari data yang ditemui dilapangan, dalam pembangunan instalasi biogas terdapat beberapa proses yang dilakukan masyarakat. Diantaranya mulai dengan pengukuran lahan, penggalian, pengecoran, pemasangan dinding digester, pelicinan dinding dan lantai, bekisting (pencetakan), pemasangan pipa gas, hingga terbentuknya digester dan semua komponennya. Maka setelah semuanya lengkap, pembangunan instalasi biogas selesai. “Dulu, kotoran sapi jadi masalah, sekarang dengan perkembangan teknologi dan kepedulian pemerintah dan Pertamina menjadi berkah,”kata warga Kampung Lappa Angin serentak. (ade)