PAREPARE, KILASSULAWESI.COM – Sebagai wujud komitmen, perhatian, dan kepedulian dalam pelestarian bahasa daerah, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Parepare, Hj Erna Rasyid Taufan meluangkan waktu menghadiri penutupan Festival TOMAUGI (Pitungngesso Mabbicara Ugi) yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Bahasa Daerah (IGBD) bekerja sama Pemerintah Kota Parepare, di Balai Ainun Habibie, Minggu, 27 FEBRUARI 2022.
Saat menghadiri penutupan yang dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Arifuddin Idris, pemerhati budaya, Andi Nurhanjayani dan para pelajar, serta mahasiswa pemenang lomba dalam festival itu, Erna Rasyid Taufan mengapresiasi pelaksanaan Festival Tomaugi dalam rangka memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional ini sebagai ajang dalam pelestaian bahasa daerah.
“Saya mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan IGBD Parepare dan juga mengapresiasi kepada pihak-pihak yang mendukung festival Tomaugi sebagai upaya kita dalam melestarikan bahasa daerah. Acara ini walau kelihatannya sederhana tetapi gaungnya besar dan bermakna,” ujar Erna yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Parepare ini.
Istri Taufan Pawe, Wali Kota Parepare ini juga mengungkap relevansi bahasa daerah dan syiar Islam. Wanita yang dikenal berlatar belakang Dai’ah ini menjelaskan pentingnya penggunaan bahasa daerah dalam syiar Islam. Dalam alquran pun kata Erna juga tertuang mengisyaratkan tentang bahasa, termasuk bahasa daerah.
“Bahasa daerah memiliki peran besar dalam berdakwah. Pesan dakwah akan tersampaikan ketika masyarakat paham dengan apa yang kita sampaikan. Contohnya ketika berada di wilayah pedalaman, ketika masyarakat di sana hanya mengerti jika kita berbahasa daerah, maka bahasa daerah memiliki peran penting agar pesan dakwah atau syiar Islam kita dapat tersampaikan,” papar Erna, sapaan karib dia.
Kepada awak media, Erna mengutip surah Ar-Rum ayat 22 yang berbunyi “Dan di antara bukti-bukti (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi perbedaan bahasa dan warna (kulit) kalian sungguh di dalamnya ada bukti (kebesaran Tuhan) bagi orang yang berpengetahuan,” kutipnya.
Selain itu, Erna juga menyinggung tentang budaya “pammali” masyarakat Bugis yang dinilai sarat dengan syiar Islam. “Banyak kearifan lokal kita yang tertuang dalam Lontara itu relevan dengan syiar Islam, seperti pammali Bugis. Misalnya, pammali anak-anak keluar saat magrib. Nah pammali masyarakat Bugis kita ini juga tertera dalam hadis Rasulullah.
“Jika malam datang menjelang, maka tahanlah anak-anak kalian karena sesungguhnya saat itu setan sedang bertebaran. Tutuplah pintu dan berdzikirlah kepada Allah swt karena sesungguhnya setan tidak dapat membuka pintu yang tertutup,” Erna Rasyid Taufan mengutip HR Bukhari no. 3280 dan Muslim no 2012.
Dan saat memulai sambutan, Ketua Dewan Pembina Forum Kajian Cinta Alquran (FKCA) Parepare ini juga sempat mencuri perhatian dengan sapaan “Tomalebbikeng” yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan pemerhati Budaya.
Diksi “tomalebbikeng” sebagai bentuk sapaan penghormatan dan pemuliaan masyarakat Bugis kepada tamu yang dituakan yang kini sudah jarang digunakan oleh para penutur Bugis.
Pada kesempatan itu pula, Erna menyerahkan piala, sertifikat, dan uang pembinaan kepada para pemenang lomba dalam Festival Tomaugi. (*)