PAREPARE, KILASSULAWESI– Terobosan dan inovasi baru kembali dilakukan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Parepare. Kali ini, Lapas Kelas IIA Parepare melakukan kolaborasi dengan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kabupaten Pangkajenne dan Kepulauan (Pangkep), berupa pelatihan berbasis kompetensi mobile training unit, Kamis, 12 September 2024.
Kegiatan dibuka oleh Staf Ahli Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Kota Parepare, Noldy Rengkuan mewakili Penjabat (Pj) Walikota, Akbar Ali dihadiri puluhan peserta training kompetensi dari Warga Binaan Pemasyarakatan, Lapas Parepare.
“Pemkot Parepare tentu sangat mendukung kegiatan positif seperti ini. Saya mengapresiasi kolaborasi yang telah terjalin antara Lapas Parepare dengan setiap stakeholder, seperti yang dilakukan bersama Balai PVP Pangkep hari ini,” kata Akbar Ali dalam sambutannya, yang disampaikan Noldy Rengkuan.
Ia menambahkan, kegiatan pelatihan itu tentu dapat menjadi bekal setiap WBP Lapas Parepare, jika nantinya telah bebas dari hukuman.
Soft skill yang dibina, potensi yang ditekuni melalui program inisiatif Lapas dalam memberikan pelayanan dan pengayoman terbaik, menjadi awal pengembangan dan perbaikan sumber daya manusia, ketika sedang menjalani hukuman atas kesalahan yang dilakukan.
“Jadi ketika warga binaan telah bebas dan keluar dari lapas. Mereka akan mempraktekan hasil pendampingan keterampilan bekerja, atau menciptakan wirausaha untuk menjadi insan yang berkontribusi baik untuk diri, masyarakat dan daerahnya,” ujarnya.
Sementara, Kepala Lapas IIA Parepare, Totok Budiyanto mengatakan, sebanyak 48 WBP yang akan mengikuti pelatihan berbasis kompetensi itu.
14 diantaranya adalah warga binaan wanita, dan 34 lainnya adalah warga binaan pria. Setiap peserta akan mengikuti pelatihan selama 19 hari kerja, atau setara dengan 152 jam masa pelatihan.
“Ada tiga bidang yang fokus menjadi pendampingan pelatihan tahun ini. Ada pelatihan Barista, Asistensi membuat pakaian, dan Asistensi teknisi Ac. Bidang itu dinilai cukup relevan dengan kondisi daerah yang kedepannya akan butuh tenaga kerja serupa,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, setelah mengikuti pelatihan berbasis kompetensi tersebut, setiap peserta akan diberikan sertifikat pasca training.
Dengan pengembangan keterampilan dan bekal sertifikat tersebut, setiap warga binaan jika telah keluar dari Lapas, dapat mengimplementasikan ilmunya.
Sertifikat itu menjadi legalitas, bahwa ia telah mengikuti pelatihan dan dinyatakan mampu dibidang yang ditekuni saat training.
“Inilah cara kami untuk mendorong setiap manusia harus kuat dan tidak putus asa. Mereka di Lapas hanya dititip untuk diberikan pembinaan yang terbaik, setelah mereka bebas kami ingin menyaksikan anak-anak binaan kita ini menjadi orang-orang hebat dan berkontribusi aktif untuk daerah dan bangsa,” jelas Totok.
Kepala Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Pangkajenne dan Kepulauan Sudarsono, mengatakan, terselenggaranya kegiatan kolaborasi itu merupakan titipan harapan, dan permintaan Kalapas Parepare, yang dengan keinginan kuatnya membina warga binaan pemasyarakatan, agar turut memanfaatkan keterampilannya.
“Kami akan selalu siap memfasilitasi setiap permintaan, untuk hal pelatihan seperti di lapas ini,” pungkasnya.
Ia berharap, melalui pelatihan tersebut masyarakat dapat mengetahui potensi dan skill, yang nantinya akan dimanfaatkan untuk bekerja secara mandiri, dengan menciptakan usaha yang dikelola atas keterampilan hasil trainingnya.
“Jadi memang kita menginginkan sumber daya manusia kita adalah mereka yang inovatif, produktif dan kreatif dalam menghadapi setiap tantangan dikehidupan sosial,” ujarnya.
“Saya berharap warga binaan usai mengikuti pelatihan, mereka memiliki bekal keterampilan baik, dan setelah bebas dari Lapas memberi dampak positif untuk lingkungan,” tandasnya.(*)