KM Nggapulu dan KM Labobar Disorot: Keluhan Penumpang Ungkap Buruknya Pelayanan dan Kebersihan Kapal Pelni

MAKASSAR – Dua kapal milik PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), KM Nggapulu dan KM Labobar, menjadi sorotan tajam publik setelah sejumlah penumpang melayangkan keluhan serius terkait buruknya pelayanan dan kebersihan selama pelayaran dari Makassar menuju Semarang dan sebaliknya, awal September 2025.

Keluhan ini mencuat dari para alumni lintas angkatan SMA Negeri 1 (SMANSA) Makassar yang menumpangi KM Nggapulu untuk menghadiri Temu Nasional (Tenas) IV IKA SMANSA di Yogyakarta. Mereka menyebut kondisi dek kapal sangat memprihatinkan, dengan banyaknya kecoak dan serangga kecil berkeliaran di atas ranjang maupun kolong tempat tidur.

Bacaan Lainnya

“Saat tidur siang atau malam, sering kali ada kecoak melintas di tubuh kami. Bahkan ada yang masuk ke telinga dan hidung. Ini bukan sekadar mengganggu, tapi bisa membahayakan,” ungkap salah satu alumni kepada media, Rabu, 10 September 2025.

Tak hanya soal kebersihan, para penumpang juga mengeluhkan tidak berfungsinya colokan listrik di atas tempat tidur, yang membuat mereka kesulitan mengisi daya ponsel selama perjalanan. Ironisnya, larangan bermain kartu domino di kantin kapal juga dianggap mengurangi kenyamanan dan ruang hiburan penumpang.

Keluhan serupa kembali muncul saat para alumni SMANSA menumpangi KM Labobar dari Semarang menuju Makassar. Meski petugas terlihat lebih aktif membersihkan lantai dan kamar mandi, area kolong tempat tidur tetap luput dari perhatian menjadi sarang serangga yang mengganggu kenyamanan.

“Petugas hanya menyapu bagian yang terlihat. Sementara di bawah tempat tidur, kecoak tetap berkeliaran,” ujar salah satu penumpang.

Respons Minim, Harapan Besar

Upaya konfirmasi kepada Nahkoda KM Nggapulu, Capt. Tamrin Sinurat, tak membuahkan hasil. Seorang kru bernama Rizal sempat berjanji menyampaikan keluhan kepada nahkoda, namun hingga kapal sandar di Semarang, tak ada tanggapan lebih lanjut. Rizal hanya menyampaikan permohonan maaf melalui pesan singkat.

Kritik juga datang dari seorang pengusaha yang membeli tiket kelas 1 di salah satu kapal Pelni. Ia mengaku kecewa dengan kondisi kamar yang dinilai lebih buruk dari fasilitas di Lapas Kelas 1 Makassar. “Kalau tidak ada perbaikan, ini sama saja dengan pembiaran. Penumpang membayar, tapi fasilitas tidak sebanding,” tegas pengusaha berinisial AP.

Sorotan terhadap Pelni bukan sekadar soal kenyamanan, tapi menyangkut hak publik atas pelayanan transportasi laut yang aman dan layak. Para penumpang mendesak manajemen Pelni untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk pemeliharaan kapal dan peningkatan kualitas kru.

Keluhan ini menjadi cermin penting bagi BUMN transportasi laut untuk tidak hanya mengandalkan sejarah dan monopoli rute, tetapi juga membuktikan komitmen terhadap pelayanan publik yang bermartabat.(*)

Pos terkait