PAREPARE — Lapangan Andi Makkasau kembali jadi sorotan tajam. Pelaksanaan Electric Colour Run by PLN and Expo yang digelar sejak 14 hingga 22 September 2025 meninggalkan kerusakan serius pada rumput lapangan.
Penggunaan tenda dan karpet di tengah lapangan, ditambah padatnya pengunjung setiap malam, membuat rumput menguning dan rusak parah. Dari data yang dihimpun di lokasi penutupan kegiatan, karpet-karpet tersebut dipersewakan sebesar Rp 25 ribu per unit.
Bahkan tiap karpet yang disewakan telah dikuasai dan dikapling-kapling oleh pihak tertentu, seolah-olah lapangan publik telah berubah menjadi ruang privat yang bisa dijual per meter.
“Sebelumnya sudah kami tegaskan, tidak ada penyewaan dalam area lapangan Andi Makkasau,” ujar Ketua DPRD Parepare, H. Kaharuddin Kadir, dalam pernyataan sebelumnya.
Namun fakta di lapangan menunjukkan sebaliknya. Pemerintah Kota Parepare dinilai abai, bahkan terkesan membiarkan pelanggaran fungsi ruang publik demi kepentingan event dan kelompok tertentu.
Sebanyak 164 tenant UMKM memang meramaikan expo dengan produk kuliner, kerajinan, dan karya kreatif lokal. Namun, antusiasme warga yang memadati lapangan setiap malam justru mempercepat kerusakan rumput. Pemerintah belum memberikan penjelasan resmi soal siapa yang bertanggung jawab atas pemulihan fasilitas.
“Kalau tidak ada penyewaan, lalu siapa yang izinkan tenda dan karpet di tengah lapangan? Ini bukan sekadar teknis, ini soal tata kelola,” ujar Muharram salah satu warga yang ditemui, Senin, 22 September, malam tadi.
Kerusakan lapangan ini bukan kali pertama. Tapi kali ini, sorotan publik semakin tajam karena sebelumnya DPRD sudah mengingatkan. Pemerintah Kota Parepare dinilai tidak belajar dari pengalaman, bahkan diduga takluk pada kepentingan event dan kelompok tertentu.
Jika ruang publik bisa dikapling dan disewakan tanpa pertanggungjawaban, maka pertanyaannya bukan lagi soal rumput, tapi soal siapa yang sebenarnya mengendalikan kebijakan kota.(*)