KILASSULAWESI.COM,PAREPARE– Mencegah penyebaran virus Covid-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare mengeluarkan surat edaran dengan Nomor 130.7/66/Hkm, Selasa 24 Maret lalu. Pada poin tujuh surat edaran tersebut, diinstruksikan untuk membatasi aktivitas pasar malam. Yang dibolehkan hanya untuk penjualan kebutuhan pangan.
Sekretaris Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Parepare, St Rahmah Amir menjelaskan, kebijakan tersebut merupakan bagian dari Maklumat Kapolri agar pasar malam ditutup. “Itu turunan dari maklumat Kapolri,” jelasnya. Bukan hanya itu, pihaknya juga akan mengeluarkan surat edaran tentang pembatasan aktivitas di sejumlah pasar lainnya. “Hasil dari video conference kami dengan Pak Sekda, pedagang diberi waktu hingga pukul 17.00. Tetapi kami beri waktu pedagang beraktivitas di pasar hingga jam 14.00 Wita,” katanya.
Namun Pasar Senggol sudah ditutup, tapi pedagang sembako di pasar tersebut tetap buka hingga pukul 20.00 Wita. Selain pasar yang dibatasi operasionalnya, retail modern juga akan dibatasi hingga pukul 17.00 Wita. “Pinrang dan Sidrap itu kan sudah dibatasi operasionalnya. Kami khawatir warga dari luar justru belanja di Parepare kalau retail modern tidak dibatasi aktivitas operasinya,” ujarnya.
Pembatasan aktivitas pasar malam, khususnya Pasar Senggol memicu protes sejumlah pedagang. Pasalnya, kebijakan teresebut dianggap berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka. Kepala Keluarga Pedagang (KKP) Pasar Senggol, Amir mengatakan, berberapa pedagang mengeluh. Ia meminta agar pasar Senggol tetap dibuka pagi hingga siang hari. “Pedagang malah mau unjuk rasa. Tapi saya bilang ke pedagang, kita beri waktu seminggu pasar Senggol ditutup. Jika tidak ada kepastian, kita akan berusaha buka kembali,” kata Amir, kemarin.
Pedagang pakaian jadi, Hamka Hamid mengungkapkan, dirinya terpaksa menguras tabungan miliknya untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, pendapatannya hanya jualan di Pasar Senggol. “Sejak ada surat edaran tidak ada pendapatan,” keluh Hamka. Tidak hanya Hamka, pedagang pakaian jadi lainnya, Nasar juga mengaku usahanya setop. “Saya punya usaha sablon tetapi tidak ada juga pembelinya. Jualanku di Senggol yang saya andalkan,” kata Nasar. Ia juga mengambil tabungan untuk membiayai hidup keluarganya. Ia berharap, Pasar Senggol dibuka kembali.(ami)