KILASSULAWESI.COM, MAJENE- Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Majene menggelar pameran temporer Sa’be Mandar, di Museum Mandar Majene, Kelurahan Pangaliali, Kamis 22 Oktober. Pameran temporer Sa’be Mandar ini, akan berlangsung 22 sampai 27 Oktober, dengan tema “Merajul Sa’be Mengenal Budaya Lokal Mandar” melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik BOP-MTB 2020 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pusat.
Ketua Panitia Pelaksana juga Kepala Bidang Pengembangan Kebudayaan Disbudpar Majene, Muhammad Yassin Djamil mengungkapkan, pameran temporer daerah sebagai upaya untuk mengembangkan dan penyebaran informasi tentang keberadaan museum itu sendiri. “Kegiatan pameran temporer ini, fokus utamanya, menampilkan kain sutra atau sa’be Mandar dengan corak atau sure’ masa dulu dan sekarang. Dalam kegiatan ini tetap mematuhui protokol kesehatan,” terang Yassin Djamil dihadapan para undangan.
Museum Mandar Majene menyimpang berbagai jenis koleksi, baik masa prasejarah, kolonial Belanda hingga kemerdekaan. “Terdapat kurang lebih 1.400 koleksi dari 10 jenis tersimpang di Gedung Museum Mandar,” terangnya. Yassin menuturkan, bangunan museum Mandar Majene merupakan tinggalan Kolonial Belanda yang dibangun sejak 1908, yang dulunya ditempati sebagai Boyang Tomonge (Rumah Sakit Umum). “Pameran temporer ini merangkai tiga komponen kegiatan, yakni pertama pameran sa’be Mandar, kedua lomba edukatif kultural museum dengan 2 kategori, yaitu lomba mewarnai dan menggambar, kemudian yang ketiga, belajar bersama di museum mengenal tentang jenis corak, sure’sa’be Mandar,” urainya.
Selain itu, pameran temporer daerah guna memperkuat data dan informasi koleksi museum, menjadikan museum sebagai media edukasi kepada para pengunjung, mewujudkan museum sebagai kebanggaan publik. “Sejumlah kegiatan yang tersaji dalam pameran temporer daerah ini, selain melakukan program publik, sekaligus mempromosikan kegiatan museum yang menarik dan lebih mendidik para pengunjung,” paparnya.
Ia berharap, kepada segenap masyarakat, para pengunjung pameran dan para pelajar untuk turut berpartisipasi dalam melestarikan nilai-nilai budaya yang menjadi kebahagiaan dari koleksi museum Mandar. “Untuk jumlah peserta lomba edukatif kultural museum, yakni sekolah TK-Paud 10 orang dan tingkat SD 10 orang,” ujar Yassin Djamil.
Kepala Disbudpar Majene, Andi Beda Basharoe menjelaskan, museum Mandar dulunya merupakan museum swasta, setelah pada 1989 pihak pengelola swasta menyerahkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majene. “Dulunya, museum ada di SDN 57 Tangnga-tangnga pada 1982, dan pada 1984 diserahkan ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Majene, kemudian beralih ke rumah sakit saat ini dan sejarahnya bangunan museum ini sejak Kolonial Belanda,” terangnya.
Pameran temporer daerah dibuka secara resmi Pjs Bupati Majene HM Natsir. Ia mengajak, agar semua masyarakat dapat memanfaatkan museum Mandar sebagai media untuk generasi ke depan. “Generasi kita bisa berdialog dengan sejarah, karena saat ini nilai-nilai kesejarahan akan semakin terkikis dengan perkembangan globalisasi. Anak-anak kita sekarang sudah dihantui perkembangan IT, jadi kita diajak untuk menggarap sejarah secara maya, tetapi secara fisik tidak punya waktu,” ungkapnya.(edy/B)