KILASSULAWESI.COM, PAREPARE – Berbagai cara dilakukan untuk meringankan beban bagi para korban gempa bumi yang terjadi di Sulawesi Barat. Salah satunya dilakukan Anggota DPRD Kota Parepare, Suyuti dengan memfasilitasi keberangkatan 14 orang pengungsi korban gempa bumi dari Kabupaten Majene yang akan pulang ke Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, Sabtu 23 Januari 2021.
Berkat koordinasi legislator Partai Nasdem ini, dengan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan Pelabuhan Nusantara, dan General Manajer PT Pelindo IV Cabang Parepare. Sebanyak 14 orang pengungsi gempa Sulbar yang sudah tiga hari berada di Kota Parepare, dapat berangkat dan bertemu sanak keluarganya di Nunukan secara cuma-cuma. Bahkan, fasilitas tiket pulanh, biaya rapid antibody dan swab antigen semua digratiskan, dan juga diberi bantuan berupa beras dan makanan. “Alhamdulillah, berkat koordinasi dan kerjasama beberapa pihak. Ada 14 orang pengungsi korban gempa Sulbar dapat kita bantu berangkat ke Nunukan tanpa mereka mengeluarkan biaya sepeser pun. Mereka memutuskan berangkat ke Nunukan karena rumahnya di Sulbar sudah hancur akibat gempa bumi beberapa hari lalu. Di Nunukan, ada anaknya yang sudah menunggu,” ungkap Suyuti.
Ke 14 orang pengungsi terdiri dari dua Kepala Keluarga (KK) merupakan korban gempa bumi di Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar, antara lain Jaali (56), Fatimah (40), Arwin (15), Dion (14), Hendri (13), Ros (10), Nurul (10), Muna (54), Astrid (12), Asmi (19), Indri (14), Nia (16), Anila (10), dan Maya (23). Pasca gempa hebat yang mengguncang Sulbar dan menghancurkan rumahnya, mereka memilih mengungsi ke Kota Parepare. Selama di Kota ini, mereka tinggal di rumah salah satu kerabatnya, Lasudding, di Jalan Mattirotasi RT 02/RW 04, Kelurahan Tiro Sompe, Kecamatan Bacukiki Barat.
Sesuai surat keterangan Lurah Tiro Sompe, Andi Muliady menyatakan, pada 20 Januari 2021 telah tiba pengungsi korban gempa bumi Sulbar sebanyak 14 orang yang terdiri dari 2 Kepala Keluarga. Lebih jauh, kata Suyuti, sebelumnya dia telah berkoordinasi dengan Camat dan Lurah setempat serta Dinas Sosial Parepare, untuk membantu meringankan beban para korban gempa yang sudah bulat tekadnya ingin ke Nunukan. “Namun mereka sama sekali tidak punya biaya untuk membeli tiket kapal dan biaya rapid antibody. Setelah saya berkoordinasi dengan Kepala Dinas Sosial (Hasan Ginca), alhamdulillah Dinas Sosial Parepare bersedia membantu untuk biaya pembelian tiket bagi 14 orang pengungsi ini,” jelas Suyuti.
Wakil Ketua Fraksi Nasdem DPRD Parepare ini selanjutnya berkoordinasi dengan GM PT Pelindo IV Cabang Parepare dan Dinas Kesehatan Pelabuhan Nusantara Parepare untuk membantu biaya rapid antibody. “Kita turut merasakan penderitaan bagi para korban gempa Sulbar. Berkat bantuan GM Pelindo IV Parepare dan Dinas Kesehatan Pelabuhan Nusantara, untuk biaya Tarif Tanda Masuk (PAS) Pelabuhan dan rapid antibody para pengungsi tidak dikenakan biaya. Bahkan 2 dari 14 orang ada yang swab antigen karena reaktif. Namun setelah di swab antigen, hasilnya negatif dan itu juga digratiskan,” ujarnya.
Setelah memastikan tiket, keterangan rapid antibody dan swab antigen para pengungsi sudah selesai. Maka bersama Kadis Sosial Parepare Hasan Ginca yang diwakili Kabid Rehabilitasi Dinsos Parepare, Heriyati menjemput para pengungsi menggunakan kendaraan pribadi dan randis Dinsos. Para pengungsi beserta barang bawaannya bahkan diantar sampai ke dermaga pelabuhan, tepat di samping KM Thalia, kapal yang sedianya ditumpangi ke Nunukan.
Sementara itu, Muna, salah seorang pengungsi nampak sangat terharu dan tak dapat membendung air matanya. Tak henti-hentinya dia berucap syukur dan berterima kasih kepada semua pihak yang membantu sehingga dia bersama 13 orang keluarganya bisa berangkat ke Nunukan secara gratis. “Kami sekeluarga mendoakan pak dewan (Suyuti) dan semua pihak yang membantu kami agar dilipatgandakan pahala dan rejekinya, dimudahkan urusan dan dipanjangkan umurnya. Bantuan ini tidak akan kami lupa sampai mati pak. Rumah kami sudah hancur di Sulbar. Di tempat pengungsian kami sangat menderita, daun pisang diambil tikar,” ucap Muna, sambil membasuh air mata. (*)