KILASSULAWESI.COM, SIDRAP — Salah seorang pedagang, Saini menyebutkan jika ada praktik pungli di pasar darurat Lawawoi, Kecamatan Watang Pulu, Sidrap. Saini menuding, ada oknum memungut biaya sebesar Rp800 ribu untuk membangun tempat di pasar darurat yang baru tiga bulan itu. “Inisialnya AB, tidak ada kapasitasnya di pasar itu, tapi memungut biaya. Kami anggap itu preman pasar. Itu lah yang kami sayangkan, orang yang tidak berkepentingan di pasar itu malah memungut biaya,” ungkap Saini, Selasa 2 Februari.
Dia menuding, kepala Pasar sentral Lawawoi Syahrir Said mengetahui hal itu. Namun, kata dia, kepala pasar diam saja. “Kepala pasar tahu itu,” tukasnya.
Karena itu, kata Saini, sejumlah pedagang tak mau berdagang di pasar itu karena ada praktik pungli. “Itu juga alasan kita malas masuk ke pasar itu karena ada pembebanan biaya,” kata
Kepala pasar Lawawoi, Syahrir Said mengaku baru tahu ada praktik pungli biaya sebesar itu. “Saya baru tahu juga desas-desusnya dari pedagang. Tidak ada pembayaran kecuali timbunan Rp150 ribu. Kalau yang Rp800 ribu saya tidak tahu,” akunya.
Sementara, Kadis Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Sidrap, Ahmad Dollah juga mengaku tak tahu kabar itu.
Menurut, Ahmad, tak ada ada pembebanan biaya bagi pedagang di pasar darurat Lawawoi. “Saya tidak tahu itu kalau ada pembebanan biaya,” akunya.
Sebelumnya, anggota komisi II DPRD Sidrap, Bahrul Appas sidak ke pasar darurat Lawawoi. Bahrul menerima keluhan pedagang lantaran menolak direlokasi di pasar darurat itu. Dia akan meneruskan masalah ini melalui rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD. (ami/B)