Mantan Menteri Pertanian periode 2014-2019 yang juga merupakan Owner Tiran Group, DR Ir HA Amran Sulaiman kembali membuka masa perjuangannya saat menjadi mahasiswa di Universitas Hasanuddin (UNHAS) pada tahun 1988-1993. Dihadapan peserta diskusi yang mengangkat tema ‘Membangun Optimisme Indonesia dari Daerah’ di Rakorda Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sulsel, Jumat 26 Maret 2021, Hotel Claro, Makassar.
HA Amran Sulaiman menceritakan pengalaman hidupnya yang benar-benar dimulai dari nol.“Optimisme adalah sikap dan pikiran orang-orang beriman. Karena optimisme ini pula saya bisa seperti sekarang,” katanya disambut applaus peserta yang hadir di Hotel Claro Makassar.
Diskusi yang berlangsung selama dua jam lebih itu dipandu moderator Chairman STIE AMKOP Makassar, Dr Bahtiar Maddatuang.
Andi Amran mengatakan, ia membangun optimisme dari dirinya sendiri sejak awal menginjakkan kaki di Makassar. Anak kampung dari pelosok Bone ini, tidak mau menyerah meski ia hanya tinggal di sebuah pondokan kumuh di Tamalanrea.
Ia lalu memperlihatkan foto pondokannya yang merupakan rumah panggung kecil dan kamar kosnya yang hanya diisi satu tempat tidur kayu yang sudah usang. Kata Andi Amran, dipan itu pemberian dan sumbangan dari seseorang di Palopo. Kasur yang menemaninya selama bertahun-tahun tidak memiliki seprei. Untuk makan sehari-hari, ia dan kawan-kawan pondokannya mengandalkan sayur kangkung yang tumbuh liar di depan pondokan.
Kehidupan yang keras membuat Andi Amran menjadi seorang yang pekerja keras. Tahun 1996 ia memulai usaha dengan membuka kantor pertamanya, CV Empos Tiran. “Usaha ini saya mulai dari pinjam uang Rp 500 ribu,” katanya. Ia pantang mengeluh. Juga menolak untuk menyerah. Bisnisnya tidak selalu berjalan mulus. Jatuh, bangkit lagi. Jatuh lagi ia bangkit lagi dan melompat jauh lebih tinggi. “Tidak ada alasan untuk tidak bekerja dan duduk diam meratapi keadaaan. Kita harus maju terus, jangan berhenti melangkah. Bangun subuh, pagi-pagi keluar bekerja, insya Allah Tuhan akan buka jalan-jalan kebaikan,” tegasnya.
Hari ini, Andi Amran bisa menikmati apa yang ia lakukan selama berpuluh tahun membangun bisnisnya dari titik paling rendah. Bangunan mewah AAS miliknya berdiri tegak di Jalan Urip Sumoharjo Makassar. Bisnisnya menggurita di Indonesia Timur. Terakhir, kakak kandung Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman ini membangun pabrik gula terbesar dan tercanggih di Indonesia. Tepatnya di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara.
Ia menyulap Bombana yang gersang dan hanya ada lahan tandus menjadi kawasan industri yang di atasnya berdiri pabrik dan kebun tebu kualitas premium.
“Awalnya tebu tak bisa tumbuh di Bombana. Satu tahun saya coba, gagal terus. Saya tidak berhenti. Pasti ada jalannya. Saya lalu berkonsultasi dengan kawan di luar negeri. Kami kemudian menggabungkan teknologi Thailand, Australia dan Brazil. Alhamdulillah tebu bisa tumbuh dan pabrik bisa beroperasi.”
Andi Amran mengaku ia memang tidak mau berhenti sebelum berhasil melaksanakan apa yang ia cita-citakan dan rencanakan. “Mimpi besar, bikin program dan action. Itu kuncinya. Jangan hanya bikin program dan bermimpi tapi ada tidak ada action sama sekali,” terangnya.
Membangun pabrik gula merupakan salah satu mimpi Amran Sulaiman. Ia tak mau Indonesia terus menerus impor gula. Selama pandemi Covid-19 katanya, banyak orang yang memilih tidak melakukan apa-apa. “Itu salah besar. Memang kalau orang malas akan seperti itu. Tidak akan bikin apa-apa dan menjadikan Covid sebagai alasan untuk duduk diam,” tukasnya.
Orang yang optimis kata Amran akan tetap bekerja keras. “Kalau perlu keluar kerja pake selimut biar tidak kena virus Corona,” katanya. Optimisme Amran Sulaiman ini ia tularkan ke semua peserta yang hadir temasuk jurnalis dan pimpinan media yang ada di Sulsel. Bahtiar Maddatuang yang memandu jalannya diskusi bahkan menyebut bahwa apa yang disampaikan Amran Sulaiman adalah orasi ilmiah yang patut disebarkan ke semua khalayak terutama kaum muda. “Ini sudah orasi ilmiah. Ini gagasan calon presiden. Virus semangat ini harus ditularkan ke kampus-kampus,” kata Bahtiar yang menyebut bahwa Indonesia butuh figur konglomerat seperti sosok Amran Sulaiman. (*)