PANGKEP, KILASSULAWESI– Kerukunan Keluarga Mandar Pangkep (MAPAN) akan menjadi wadah untuk menciptakan hubungan kekeluargaan, persaudaraan, kebersamaan dan harmonisasi serta mempererat kerjasama di antara masyarakat mandar asal Sulawesi Barat yang menetap di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep).
Bukan hanya itu, organisasi MAPAN pun akan menjadi corong dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya Malaqbi, Assimandarang dan Mellete Diatonganan. Hal itu diungkapkan, Ketua Panitia Pelaksana Musyawarah Besar 1 Kerukunan Keluarga Mandar Pangkep (MAPAN), Jamal didampingi sejumlah tokoh pemuda pemrakarsa organisasi diantaranya, Aco Marendeng Paranrangi, Usman Umar, Isbat Tipalayo dan sejumlah tokoh mandar di Kabupaten Pangkep, Sabtu, 7 Januari 2022. ” Saat ini kita lagi fokus membahas rencana Mubes 1 MAPAN, dimana rencananya akan digelar 15 Januari 2023,”kata Jamal.
Jamal mengakui, kehadiran MAPAN sebagai rumah bersama bagi warga suku mandar yang menetap di Kabupaten Pangkep. Akan menjadi bagian dari upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi orang yang berasal dari suku mandar. Menanamkan motivasi akan makna keberadaan dan pengabdian sebagai insan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Termasuk, dalam upaya menggalang potensi untuk memberi kontribusi pada pembangunan di Kabupaten Pangkep dan Pembangunan Nasional pada umumnya.
Senada diungkapkan, Aco Marendeng Paranrangi jika kehadiran MAPAN pun akan menjadi upaya mengklaim akan ikut andil dalam pengembangan daerah. Organisasi yang eksistensinya sebagai suksesi pemerintah, namun mengarah pengembangan sumber daya manusia serta kontribusi aktif untuk daerah.
Aco juga tak menampik, pembentukan dan pengukuhan pengurus akan dilaksanakan dalam waktu dekat dalam sebuah musyawarah besar. Dimana pada intinya, MaPan adalah organisasi sosial kemasyarakatan yang bersifat kekeluargaan dengan tidak berafiliasi dengan organisasi sosial politik maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. ” Untuk jumlah warga suku mandar yang sudah menetap disini itu sangat banyak. Pada wilayah daratan saja, itu sekitar 3000 orang, tak termasuk mereka yang mendiami wilayah kepulauan seperti di Liukang Kalmas dan Tangaya. Dan berharap organisasi ini akan mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah,”tutupnya.(*)