PAREPOS. CO. ID, MAJENE – Pesta demokrasi pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak telah memasuki masa tenang tinggal menghitung hari. Ajang mencari pemimpin ini rupanya mendapat perhatian serius bagi perantau asal Majene yang saat ini mengadu nasib diberbagai kota di tanah air.
Memasuki H-2 pelaksanaan pilkada, ratusan perantau Jakarta asal Majene memilih mudik untuk menyalurkan hak pilihnya pada tanggal 9 Desember 2020.
“Kebetulan saya masih terdaftar sebagai pemilih di Pilkada Majene karena baru enam bulan saya merantau ke Jakarta. Saya nekad pulang kampung bersama teman-teman lainnya untuk mendukung pasangan calon nomor urut dua AST-Aris. Ini bukan persoalan Pilkada, tetapi ini menyangkut mencari pemimpin daerah,” kata Sawal Mandar yang mengaku telah berada di Makassar untuk melanjutkan perjalanan menuju Majene, Senin, 7 Desember 2020.
Menurutnya, Pilkada Majene tahun ini tak seperti biasanya. Apalagi, figur pemimpin yang bertarung ini adalah figur putra daerah dan rupanya akan berhadapan pendatang walaupun sudah menetap di Majene selama 25 tahun.
“Pilkada Majene tahun ini ibaratnya pertarungan harga diri. Apalagi, kami paham betul kondisi daerah selama ini. Kita harus selamatkan masa depan Majene, kita butuh pemimpin yang baik dan mampu bekerja benar guna menuntaskan persoalan daerah Majene,” katanya,” kata Syawal.
Sebagai bentuk kepedulian dan dukungan terhadap pasangan calon nomor urut dua AST-Aris, maka ia rela merogoh tabungannya untuk menyumbangkan kaos peraga kampanye yang dibagikan kepada masyarakat Majene.
“Saya orang miskin sehingga ikut merantau. Tetapi harga diri lebih utama memperjuangkan sesama orang Majene. Saya minta saudaraku yang ada di Majene untuk memilih sesama putra daerah. Saya akan mengutuk keras bagi mereka yang mengkhianati petuah leluhur kita. Kenapa harus mencari pemimpin dari kultur berbeda jika masih ada figur sekultur kita,” ucapnya.
Demikian pula yang disampaikan Wahyu salah seorang warga Kecamatan Malunda yang telah merantau ke kota Tenggarong, Kalimantan Timur, sejak dua bulan terakhir ini.
“Hari ini saya bersama teman-teman telah berada di pelabuhan Balikpapan untuk pulang kampung. Kami harus pulang secepatnya agar suara kami bisa tersalurkan di Pilkada Majene. Kami sadar bahwa gelaran pilkada merupakan mencari pemimpin yang punya niat membangun daerah kita. Kami adalah perantau musiman karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di daerah sendiri. Itu bukti bahwa Majene selama empat tahun terakhir, gagal ciptakan lapangan pekerjaan,” kata Wahyu.
Selain warga perantau, puluhan mahasiswa yang berada diluar Majene, juga memilih mudik untuk menyalurkan hak pilihnya di Pilkada Majene
“Memang benar kami bersama beberapa teman yang melanjutkan perguruan tinggi di kota Makassar, akan pulang ke Majene pada H,-1 Pemungutan Suara. Insya Allah, kami menyalurkan hak suara kami,” katanya. (edy/B)