KENDARI,KILASSULAWESI.COM – PT Tiran Grup melalui anak perusahaannya yang bergerak di bidang pertambangan, PT Tiran Mineral akan memulai pembangunan smelter berlokasi di Desa Waturambaha, Kecamatan Lasolo Kepulauan, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
PT Tiran Mineral dalam perencanaan kegiatan membangun Smelter ini diawali dengan kegiatan penataan lokasi, dengan meratakan gunung yang ada di dalamnya. Dan bila di dalamnya ada bahan galian atau kandungan mineral yang ditemukan, maka atas perintah Undang-Undang bisa mengambilnya untuk dilakukan penjualan sesuai Izin Usaha Penjualan yang telah diberikan, dan Tiran komitmen membayarkan pajaknya ke negara.
Direktur Utama PT Tiran Group, HM Sattar Taba mengatakan, progres pembangunan usaha tersebut sudah dalam tahap penandatanganan kontrak dengan pemangku kepentingan atau stakeholder. “Insya Allah, ini kita lagi tahap penandatanganan kontrak untuk pengadaan smelter sebanyak dua unit dan selanjutnya setelah selesai akan kami tambah lagi dua unit,” kata mantan Direktur PT Semen Tonasa tersebut.
Kapasitas dari smelter yang tengah dibangun saat ini, kurang lebih satu juta ton per tahun dengan nilai total investasi untuk empat unit smelter sekitar Rp4,9 triliun. “Untuk tahun ini kita habiskan anggaran Rp1,8 triliun digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarananya, mulai dari pabrik hingga jalannya semua kita kerjakan,” ungkapnya.
Ditargetkan pada akhir tahun 2022, satu unit smelter yang dibangun sudah selesai dan bisa digunakan di bawah naungan PT Tiran Mineral. “Mohon doa dan dukungan semoga ini segera berhasil, sehingga dapat menambah pendapatan daerah, menambah penyerapan tenaga kerja, dan juga akan menambah lahirnya pengusaha-pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) di sekitar industri tersebut. Smelter juga akan menyerap tenaga kerja hingga 1.000 orang,” jelasnya.
Untuk mendukung pengembangan industri pertambangan nikel dan penyerapan tenaga kerja yang ada di Sultra, PT Tiran Group menggandeng tiga Perguruan Tinggi yang ada di Kota Kendari. Hal ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum Of Understanding (MoU). Tiga perguruan tinggi tersebut, diantaranya Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Stikes Mandala Waluya, dan Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra).
Sattar Taba mengatakan, melalui kerja sama ini bisa bermanfaat bagi masyarakat Sultra khususnya para mahasiswa. “Kami akan menjalankan apa yang diperintahkan founder untuk membantu masyarakat di Sultra,” ungkapnya. Sattar Taba menambahkan, saat ini perusahaan mengutamakan karyawan atau pekerjaan lokal.
Terpisah, Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Prof Muhammad Zamrun Firihu, mengatakan, kegiatan ini untuk menyukseskan program Merdeka Belajar, Kampus Merdeka dari Kemendikbud RI. Dimana salah satu poin pentingnya adalah mahasiswa diberikan hak untuk melihat dunia luar. “Dunia luar itu maksudnya bisa di dunia kerja, di perusahaan, pemerintahan atau bisa saja di badan-badan resmi pemerintah maupun dari luar negeri. Adanya kerja sama ini mahasiswa akan lebih memahami praktiknya,” ucap Zamrun.
Saat ini, jumlah tenaga kerja di Sultra yang bekerja di PT Tiran Group sekitar 7.000 karyawan dengan berbagai bidang usaha, mulai dari pabrik gula, perkebunan tebu, perkebunan sawit, perkebunan cokelat, pertambangan nikel, dan distributor produk Unilever. Dimana saat ini sudah ada 46 cabang yang dimiliki perusahaan PT Tiran Group. Masih teringat pada lima bulan lalu, Plt Kepala Dinas Kehutanan Sultra, Ir Sahid, sebagaimana dikutip dalam rilis PT Tiran Group menyebutkan, berkaitan dengan aktivitas pembanguan smelter tersebut semua legalitas seperti IUP, Izin Industri, IPPKH, IUPKI, dan segala izin lainnya sudah ada dan telah lengkap dipenuhi.
Pihak manajemen PT Tiran sendiri menyatakan, perusahaannya sungguh-sungguh mau membangun di daerah Sultra. Ditegaskan, menjadi tidak adil kalau ada pihak-pihak yang terus-menerus mempersoalkan aktivitas PT Tiran padahal didukung dengan semua kelengkapan legalitas, sementara ada perusahaan yang tidak jelas lagalitasnya seolah didiamkan saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari manajemen PT Tiran, di Kabupaten Konawe Utara khususnya.
PT Tiran telah mempekerjakan 800 orang lebih, mayoritas merupakan masyarakat lokal di sana. PT Tiran menyatakan siap merekrut ribuan karyawan apabila smelter tersebut sudah berdiri dan beroperasi. “Sehingga bisa menjadi lapangan kerja baru lagi bagi masyarakat lokal kita di sana,”ujar Sattar menambahkan.
Karena itu, pihak PT Tiran berharap dukungan dari semua pihak atas pembangunan smelter ini. Sebab tidak sekadar melakukan penambangan, namun Tiran ingin supaya Konawe Utara ini mempunyai smelter sendiri. Untuk itu pihak Tiran dengan segala ikhtiar melalui PT Tiran Mineral bersungguh-sungguh untuk mewujudkannya.(*)