Peringatan Hari Ibu, Momentum Perjuangan Pergerakan Perempuan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bintang Puspayoga

PAREPARE,KILASSULAWESI.COM- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, Bintang Puspayoga menyampaikan Peringatan Hari Ibu (PHI) adalah momentum mengenang perjuangan pergerakan perempuan pada 22 Desember 1928 di Ndalem Joyodipuran,
Yogyakarta.

Hal itu diungkapkannya dalam Siaran Pers dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Rabu 22 Desember, malam tadi. Menteri Bintang mengatakan pada 22 Desember 1928 berkumpul sekitar 1000 perempuan dari 30 organisasi untuk memperjuangkan hak-haknya dan dalam upaya memajukan bangsa dan negara.

Bacaan Lainnya

Dari 30 organisasi tersebut bahkan ada yang bertahan hingga kini, yaitu Aisyah, Wanita Katholik dan
Wanita Taman Siswa, ujarnya.
Tema besar yang diangkat untuk Hari Ibu sejak 2019 dikatakan Menteri Bintang adalah Perempuan Berdaya, Indonesia Maju. Sedangkan subtema disesuaikan denganperkembangan zaman.  “Pada tahun 2021 kali ini adalah perempuan tangguh di masa pandemi, perempuan harus berani dan inovatif, serta berani menjadi agen perubahan,”ujarnya.

Menteri Bintang menegaskan, Hari Ibu yang dilaksanakan di Indonesia adalah hari untuk
perempuan-perempuan di Indonesia. “Semoga hal ini menjadi pendorong bagi kita semua, serta pemangku kepentingan dan masyarakat luas bahwa perempuan punya eksistensi yang tinggi dalam
pembangunan di Indonesia,” katanya.

Puncak peringatan Hari Ibu dilangsungkan di Yogyakarta. Tak lupa, Bintang menyampaikan harapan khususnya kepada media massa terkait cara menarasikan dan menyampaikan kepada masyarakat dalam mengangkat cerita peringatan Hari Ibu. Menteri Bintang Puspayoga menambahkan, dalam rangkaian acara Peringatan Hari Ibu tahun ini, pihaknya mengunjungi lapas perempuan dan anak, juga melakukan pendampingan kepada anak yatim piatu karena orang tua mereka meninggal akibat COVID-19.  “Kami juga mendampingi perempuan yang menjadi kepala keluarga karena suaminya meninggal akibat COVID-19,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Panitia Peringatan Hari Ibu Ratna Susianawatimenyampaikan,
serangkaian acara yang digelar untuk memperingati Hari Ibu ke-93 di Indonesia.Acara dilangsungkan di Ndalem Joyodipuran yang sekarang menjadi Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Yogyakarta. “Di tempat inilah berlangsung Kongres Perempuan Pertama pada 1928.
Sedangkan puncak peringatan Hari Ibu dilangsungkan di Gedung Manggala Bhakti Wanitatama,
yang ketika itu sebagai tempat pergerakan perempuan selanjutnya,” jelas Ratna.

Pada Peringatan Hari Ibu tahun ini digelar berbagai kegiatan, antara lain seminar, talkshow, webinar
yang mengangkat sisi pemaknaan kembali Hari Ibu yang disesuaikan dengan dinamika perempuan
saat ini, melibatkan lembaga terkait, partisipasi mandiri dari masyarakat, juga kolaborasi dengan Pemda.

Selain itu, Ratna menambahkan, juga ada kunjungan lapangan, salah satunya roadshow
mengunjungi pejuang perempuan sebagai bentuk penghargaan pejuang perempuan di masa lalu. Namun bicara pahlawan tidak hanya masa lalu, juga ada perempuan masa kini terutama
perempuan tangguh di masa pandemi. Menteri Bintang juga dikatakan Ratna telah mengunjungi kelompok perajin perempuan lansia tangguh yang diharapkan menopang sisi pemulihan ekonomi Indonesia.
“Dalam upaya mengangkat produk unggulan perempuan UMKM, kami gelar pasar virtual. Ibu Menteri bahkan menjual produk UMKM perempuan ini dan animo masyarakat tinggi,” ujar Ratna.

Untuk memberikan dorongan anak muda, Peringatan Hari Ibu juga menggelar lomba esai dan vlog. Berbagai penulisan ini menunjukkan generasi muda menjadi bagian yang terlibat dalam aksi perjuangan selanjutnya. Juga dilangsungkan serangkaian promosi publikasi untuk gaungkan kembali
makna Hari Ibu di kanal media, dan radio komunitas, ujar Ratna seraya menambahkan tanpa
mengurangi makna hakikat, puncak pelaksanaan Hari Ibu diselenggarakan secara hybrid (online dan offline).

Di tempat sama, Gusti Putri (GKBRAy Adipati Paku Alam X) menyampaikan, peringatan Hari Ibu di Yogyakarta melibatkan lima komponen organisasi wanita, dengan melangsungkan bakti sosial, vaksinasi dan donor darah. Yang menarik, kegiatan ini diisi dengan lomba menggambar tas pandan yang hasilnya kemudian dilelang untuk kepentingan amal.
“Kami berikan 100 tas pandan kepada keluarga yang kurang mampu untuk diwarnai selama
seminggu, kemudian akan dipilih pemenangnya. Tas-tas pandan yang telah diwarnai ini selanjutnya dilelang,” papar Gusti Putri.

Hasil lelang, dikatakannya, disalurkan kepada para pengrajin tas pandan lansia di Bantul, Yogyakarta guna mendorong upaya regenerasi sekaligus menjadi stimulus agar UMKM terkait dapat naik kelas.(*/ade)

Pos terkait