PAREPARE, KILASSULAWESI – Ketua Indonesian National Shipowners’ Association (INSA), H Abd Hannas Hindi mengkhawatirkan banyaknya kapal yang menumpuk di Pelabuhan Nusantara, Kota Parepare, setelah kuota BBM subsidi yang diajukan oleh Kemenhub melalui Dirjen Perhubungan Laut kepada BPH Migas tidak kunjung dipenuhi.
Kapal Long Distance Ferry (LDF) non PT Pelni atau kapal swasta terpaksa harus berlabuh karena kehabisan BBM subsidi. ” Saat ini ada beberapa kapal pelayaran mulai terparkir di perairan Parepare, seperti Dharma Lautan Utama. Itu diperkirakan akan bertambah lagi,” ujar H Abd Hannas, Jumat, 15 November 2024.
Kuota BBM Subsidi
Habisnya kuota BBM subsidi disebabkan oleh penyalurannya secara global untuk kapal milik Pelni dan swasta. “Kapal milik PT Pelni itu ada 26 unit, kapal swasta ada 13, baik penumpang maupun roro,” jelasnya.
Anas pun mencontohkan kebutuhan kapal miliknya, dimana tiap tahunnya membutuhkan 480 KL pertahun.
Musim Mudik Nataru
H Abd Hannas menyebutkan bahwa kondisi tersebut akan sangat mempengaruhi kesiapan kapal pelayaran swasta dalam menghadapi musim mudik liburan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). “Selisih harga BBM subsidi dan industri itu jauh perbedaannya. BBM subsidi itu sekitar Rp 6.800 sedangkan BBM industri kalau tidak salah sekitar Rp 22 ribu per liter,” ujarnya.
Penggunaan BBM industri akan berdampak pada kenaikan harga tiket kapal laut. Kenaikan harga tiket hingga tak beroperasinya kapal akan menjadi dampak dari tidak adanya BBM subsidi.
Penjelasan dari Pertamina
Senior Supervisor Communication & Relation Pertamina, Romi Bachtiar, menjelaskan bahwa Pertamina menyalurkan BBM bersubsidi solar JBT sesuai kuota yang ada. Apabila ada penambahan, Pertamina sebagai operator siap untuk mensuplai kebutuhan BBM bagi masyarakat (nelayan) ataupun industri.
Pertamina berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan BBM solar subsidi dan mengimbau kepada nelayan untuk tidak melakukan panic buying. BBM bersubsidi merupakan hak masyarakat yang berhak sesuai dengan peruntukannya.
Pertamina juga mengingatkan kembali bahwa apabila masyarakat menemukan indikasi tindak kecurangan di SPBU, mereka dapat melaporkannya ke Pertamina Call Center 135.
Solar Subsidi dan Solar Industri
Solar Subsidi nilai harga sekitar Rp 6.800 per liter. Digunakan oleh konsumen untuk instalasi sistem energi surya di rumah atau bisnis. Sedangkan Solar Industri harga
sekitar Rp 22.000 per liter. Digunakan dalam industri, pembangkit listrik, transportasi, dan keperluan lainnya.
Menghasilkan teknologi dan infrastruktur yang lebih efisien dan terjangkau.
Dampak Habisnya Kuota BBM Bersubsidi
Habisnya kuota BBM bersubsidi berdampak signifikan pada sektor pelayaran:
1. Kenaikan Biaya Operasional: Biaya BBM merupakan komponen terbesar dalam struktur operasional kapal, mencapai 40% hingga 50% dari total biaya operasional.
2. Penyesuaian Tarif: Pengusaha pelayaran mengharapkan penyesuaian tarif untuk pelayaran penumpang jarak dekat agar dapat mengimbangi kenaikan biaya BBM.
3. Kapal tidak melaut karena biaya BBM yang terlalu tinggi, menyebabkan banyak kapal menumpuk di pelabuhan. ” Semoga segera mendapat solusi atas habisnya kuota BBM subsidi tersebut,” tutup H Abd Hannas Hindi.(*)