Pembelajaran Tatap Muka, Ini Kata Wagub Sulsel

KILASSULAWESI.COM,MAKASSAR– Dalam salah satu program tv swasta nasional, Wakil Gubernur Sulsel, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan, pembelajaran secara tatap muka harus melihat berbagai indikator termasuk adanya pengusulan dari sekolah dan persetujuan orang tua, serta memastikan sarana dan prasarananya. Penegasan itu diungkapkannya dalam program yang mengangkat topik ‘Masih Pandemi, Siapkah Sekolah Tatap Muka’, Jumat 13 November 2020.

Andi Sudirman mengatakan, indikator saat sekolah sudah layak menerapkan belajar secara langsung, perlu melihat dengan sistem bottom up. “Pengusulan dari bawah, ketika sekolah, orang tua siswa atau wali siswa setuju dan berkoordinasi dengan Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten. Serta harus turun ke bawah untuk melakukan verifikasi, termasuk melihat fasilitas protokol kesehatannya seperti tempat cuci tangannya. Jadi jika sekolah memenuhi syarat secara kondisi dan situasi di lapangan dan selama pandemi positif ratenya rendah. Bisa menjadi pertimbangan (sekolah dibuka/belajar tatap muka langsung) dan kita akan buat SOP-nya,” ungkapnya.

Wagub menyebutkan beberapa sekolah di Sulsel sudah mulai menerapkan tatap muka langsung. Seperti di Kabupaten Toraja Utara dan Tana Toraja, melihat positif ratenya sudah mulai melandai. Beberapa sekolah vokasi pun sudah menerapkan belajar dengan tetap langsung. “Alhamdulillah, sejak ditetapkannya Sulawesi Selatan keluar dari zona merah (Covid-19), beberapa wilayah positif ratenya sudah rendah (melandai), bahkan ada yang sudah zona hijau sehingga beberapa sekolah sudah buka. Seperti sekolah vokasi misalnya Kehutanan/Peternakan. Tidak mungkin kita mengharapkan mereka belajar di rumah ketika vokasi mengharuskan belajar praktek lapangan lebih banyak. Jadi mereka harus turun ke lapangan, tetapi tentu harus dengan protokol kesehatan yang ketat,”sebutnya.

Dia mengatakan, setuju jika adanya pembukaan sekolah terbatas dengan tatap muka langsung. Dengan pertimbangkan pelajar yang mulai paham pentingnya mengikuti protokol kesehatan dalam pandemi covid-19 ini, seperti pelajar SMP dan SMA/sederajat. “Saya pikir ini sesuatu hal yang tidak ada persoalan, ketika kita sudah membolehkan salat berjamaah di masjid dengan protokol kesehatan. kenapa kita tidak boleh menerapkan di sekolah dengan wilayah yang positif rate-nya rendah. tentu harus ada verifikasi ketat dan pengawasan yang ketat dan ada fasilitas pelayanan kesehatan,”ucapnya.

Lebih jauh, kata Wagub, semi homeschooling dengan melakukan sistem hari ini masuk, besok tidak bisa dilakukan. “Kita berharap adanya semi homeschooling dengan melakukan sistem hari ini masuk, besok tidak.termasuk komitmen orang tua untuk memastikan selama transit sekolah rumah ketat penjagaan serta SOP memenuhi matrix persyaratan,” pungkasnya.

Orang nomor dua di Sulsel menambahkan selama belajar daring ini beberapa kendala yang dirasakan oleh orang tua siswa. Mulai dari akses internet, serta gadget atau komputer. bahkan tak jarang pula orang tua siswa sulit untuk mendampingi anaknya dalam belajar dari rumah.
“Perlu pertimbangan basis zona wilayah Sulawesi Selatan tidak bisa disama ratakan dengan daerah lainnya, karena kita memiliki geografis yang beragam, seperti wilayah terpencil,” tutupnya.(*/ade)

Pos terkait