RS Tambah Alokasi Kamar Pasien COVID-19 Hingga 40%

KILASSULAWESI.COM,PAREPARE— Setelah libur panjang natal dan tahun baru yang lalu, terjadi kenaikan pasien terkonfirmasi positif COVID-19. Sejak awal pandemi hingga Selasa 26 Januari jumlahnya menjadi 1.012.350 pasien. Dampaknya, Bed Occupancy Rate (BOR) rumah sakit di Indonesia sudah mencapai 63,66%. Secara nasional ketersediaan tempat tidur bagi pasien positif COVID-19 masih ada, hanya saja apabila dilihat secara kota per kota seperti di Provinsi DKI Jakarta dan Banten, BOR telah mencapai di atas 80%.

Mengatasi situasi tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pun mengizinkan seluruh rumah sakit di Indonesia, termasuk rumah sakit swasta untuk membuka layanan pasien COVID-19 sejauh memenuhi standar Kemenkes dan memiliki sarana dan fasilitas memadai. Sampai kini sudah tercatat lebih dari 1.600 rumah sakit yang membuka layanan bagi pasien COVID-19.

Bacaan Lainnya

Prof. dr. Abdul Kadir, Ph.D, Sp. THT-KL(K), MARS, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes
menyampaikan, khususnya di rumah sakit yang berada di zona merah, diinstruksikan untuk
menambah atau mengalihfungsikan tempat tidur minimal 40% untuk ruang isolasi pasien COVID-19 dan 25% untuk ruang ICU. Untuk rumah sakit yang berada di zona kuning, diinstruksikan mengalih fungsikan tempat tidur sebanyak 30% dan ICU 20%. Untuk zona hijau, diharapkan mengalih fungsikan 25% dan penambahan ICU 15%. Hal itu dijelaskannya pada acara Dialog Produktif bertema ‘ Peningkatan Kapasitas Rumah Sakit Tangani Pasien COVID-19’ yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional
(KPCPEN), Rabu 27 Januari, siang tadi.

Prof. Abdul Kadir mengatakan, peningkatan kapasitas perlu dilakukan seiring peningkatan pasien pasca libur natal dan tahun baru. “Oleh karena itu kita menganjurkan agar semua rumah sakit sedapat mungkin mengantisipasi ini untuk memberikan layanan terbaik bagi masyarakat kita,”ujarnya. Efektivitas kebijakan ini secara umum menambah kapasitas dan kapabilitas rumah sakit di seluruh Indonesia. “Rumah sakit di bawah Kemenkes terjadi penambahan hampir 2.000 tempat tidur, atau peningkatan tempat tidur pasien COVID-19 dari 17% menjadi 38% dari semua rumah sakit tersebut,” tambah Prof. Abdul Kadir.

Meski begitu, Prof. Abdul Kadir mengatakan, penambahan kapasitas ini tidak permanen. Dia
mengharapkan bahwa dalam waktu paling lama 1 bulan akan terjadi penurunan jumlah kasus
positif usai lonjakan di awal tahun ini. Pertamedika selaku perusahaan induk rumah sakit BUMN sudah mempelajari situasi
perkembangan kasus COVID-19 ini sejak Maret 2020. “Antisipasi yang dilakukan Pertamedika adalah membuat permodelan setiap tiga bulan sekali, mulai dari penambahan tempat tidur dan
penambahan ICU. Sehingga sejak November 2020 kita sudah memodelkan penambahan hingga
Januari 2021 ini,” terang Dr.dr. Fathema Djan Rachmat, Sp.B, Sp.BTKV (K), MPH, Direktur
Utama Pertamedika.

Sejak bulan Maret 2020 rumah sakit di bawah Pertamedika telah mengalih fungsikan 30% tempat
tidur untuk pasien COVID-19, dan ICU bertambah 25%. “Jadi sekarang ini kami mengoperasionalkan lebih dari 3.450 ruangan isolasi pasien COVID-19 dan dan ICU COVID-19
sebanyak 512,” terang Dr Fathema. Pertamedika juga bekerjasama dengan rumah sakit baru yang memiliki kapasitas namun belum beroperasional sepenuhnya dalam menangani pasien COVID-19. “Contoh kerjasama dengan RS Universitas Krida yang memberikan kontribusi penambahan 240 tempat tidur, dan ditambah 1.100 tempat tidur, safe house, dan hotel yang kami kelola untuk kasus ringan dan OTG,” tambah Dr. Fathema.

Sejauh ini kewajiban Kemenkes kepada rumah sakit juga berjalan lancar. Prof. Abdul Kadir
menerangkan, pembayaran Kemenkes sudah berjalan lancar, sejauh ini kita sudah melakukan
pembayaran hampir Rp15 triliun kepada 1.683 rumah sakit.
Hal ini juga dibenarkan oleh Dr. Fathema, jika secara umum pembayaran Kemenkes dan verifikasi BPJS cukup lancar. 50% biaya perawatan di depan oleh Kemenkes pada rumah sakit dilakukan dengan sangat baik.

Selanjutnya Dr. Fathema optimistis bahwa tahun 2021 Indonesia berkesempatan pulih dengan
cepat. “Karena kita sudah masuk program vaksinasi ditambah 3M dan 3T sehingga kita bisa
berlari mengambil kesempatan untuk memutus pandemi COVID-19 ini,” ujarnya. Menanggapi hal tersebut, Prof. Abdul Kadir mengatakan, semua strategi mulai dari penegakan
3M dan 3T harus benar-benar dijalankan. ” Mudah-mudahan dengan program vaksinasi yang
sedang kita lakukan melengkapi usaha kita dalam memutus mata rantai penularan COVID-19
ini,” tutupnya.(*/ade)

Pos terkait