KILASSULAWESI.COM, SIDRAP — Salah satu terduga pengedar sabu 89 kilogram, atas nama Mas’ud yang ditangkap BNNP Sulsel di Kabupaten Bone ternyata kesehariannya adalah petugas kebersihan salah satu Masjid di Baranti, Kabupaten Sidrap. Sebelumnya, Mas’ud ditangkap Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulsel bersama rekannya, Houstan Jumadi Amrullah (26).
Paman Houstan, Rusman (54) menyebut, Mas’ud merupakan tetangga Houstan di Baranti. Dia adalah petugas kebersihan di Masjid Besar Nur Tarbiyah Baranti. “Kami juga heran, dia dapatkan mobil pikap itu dari mana, karena mereka tak punya mobil,” kata Rusman saat ditemui Parepos di rumah duka di Kelurahan Duampanua, Kecamatan Baranti, Sidrap, Senin 19 April, sore tadi.
Keduanya ditangkap di Kelurahan Bajoe, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Kabupaten Bone, Sulsel, sekira pukul 03.00 wita. Sayangnya, Houstan tewas ditembak BNNP karena diduga melarikan diri. Dia dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Baranti, Kabupaten Sidrap.
Jenazah Houstan tiba rumahnya di Kelurahan Duampanua, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Minggu 18 April, sekira pukul 18.00 wita. Rusman mengungkapkan, informasi dari Rumah Sakit Bone, jenazah Houstan meninggal dunia, Minggu 18 April pukul 04.00 wita.
Namun, kata Rusman, pihak BNNP baru memberi tahu kematian Houston, Minggu 18 April, sekira pukul 09.00 wita. “Informasi dari BNNP memang agak lambat. Awalnya pihak BNNP menelepon kalau Houstan ditangkap, namun tiga menit kemudian dia bilang sudah meninggal dunia karena tertembak. Saat kita konfirmasi ke pihak RS, almarhum sudah meninggal sebelum di bawa ke RS,” ungkap Rusman.
Dia menyayangkan kejadian penembakan itu. Sebab, katanya, keponakannya tak melakukan perlawanan saat hendak ditangkap. Menurut dia, keponakannya hanya lari karena takut saat disergap rombongan pria bersenjata. “Saya kemarin sempat menanyakan hal itu. Apakah penembakan itu sesuai SOP ?. Apakah wajar terduga pengedar narkoba ditembak mati saat akan ditangkap. Sepengetahuan saya, hanya teroris dan orang yang melakukan perlawanan yang bisa ditembak mati. Saya tidak keberatan, cuma mempertanyakan,” katanya.
Dia heran penyebab pasti keponakannya meninggal dunia. Sebab, saat dimandikan luka tembak yang ada di tubuh keponakannya itu hanya di bagian lutut. “Luka tembak hanya satu, yakni di lututnya saja, yang banyak itu luka memar di sekujur tubuh. Termasuk ada pendarahan di kepalanya,” ujar dia.
Meski demikian, sambung dia, pihak keluarga sudah mengaku ikhlas dan tak akan menuntut. “Saya pikir ini bagian dari takdir almarhum. Kita ikhlas, ini kegagalan saya mendidik almarhum. Namun saya cuma ingatkan kepada aparat untuk lebih mengedepankan cara-cara humanis daripada penindakan,” ucapnya.
Dia mengaku tak tahu perihal bisnis haram yang dijalani keponakannya itu. Sebab semasa hidup, Houstan masih sulit dari segi ekonomi. “Kalau mau dibilang bandar narkoba, saya kira almarhum sudah tidak ngontak rumah. Apalagi yang mau diedarkan 89 kilo, sedangkan almarhum beli rokok saja minta sama istrinya. Bahkan, motornya dicicil saya yang bayar. Kita pakai logika berpikir saja, anak ini bisa dibilang hanya tumbal,” akunya.
Hingga berita ini belum ada penjelasan resmi akan status dari rekan terduga yang ditembak mati oleh tim gabungan BNNP Sulsel, Mabes Polri dan Bea Cukai.(ami/B)