PAREPARE, KILASSULAWESI.COM – Memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional yang jatuh 21 Februari hari ini, Wali Kota Parepare, Taufan Pawe mengajak seluruh jajarannya untuk menggunakan bahasa daerah Bugis.Ajakan itu disampaikan Taufan Pawe saat membuka Festival TOMAUGI (Pitungngesso Mabbicara Ugi) secara virtual, Senin, (21/2/2022).
“Peringatan Hari Bahasa Ibu lewat Festival TOMAUGI substansinya adalah kesadaran kearifan lokal. Pada kesempatan ini saya mengajak semua jajaran saya abbicara Ogi’ki ri essoe. Mari kita peringati Hari Bahasa Ibu Internasional dengan menggugah kesadaran kita pentingnya bahasa daerah Bugis,” ujar Taufan Pawe diikuti tepuk riuh.
Taufan Pawe bahkan berharap setiap acara seremonial dapat disisipkan penggunaan bahasa daerah. “Ke depan Kalau ada acara ceremonial. Kita sisipkan bahsa dserah 30 persen di dalamx. Kita lakukan pemantauan-pemantauan jangan sampai ada bahasa Bugis keluar dari makna sebenarnya,” ucap Taufan.
Taufan Pawe menekankan, pentingnya merawat dan melestarikan bahasa daerah agar tidak punah lantaran ditinggalkan oleh penuturnya. “Kalau bahasa Bugis tidak kita rawat, maka akan punah. Dan kita akan berdosa jika bahasa ibu kita punah,” tegas Taufan.
Taufan Pawe yang tampil sangat mahir menggunakan bahasa Bugis dalam sambutannya itu juga mengungkapkan petuah masyarakat Bugis yang menekankan pelestarian bahasa daerah. “Ada ungkapan Bugis mengatakan naiyya wanua maloppoe iyanaritu wanua tarenrengi ade’ nennia attoriyolonna. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menjunjung tinggi adat dan sejarahnya,”ulas Taufan.
Ketua DPD I Golkar Sulsel ini juga mengapresiasi inisiatif Ikatan Guru Bahasa Daerah (IGBD) Kota Parepare yang melaksanakan kegiatan Festival Pitungngesso Mabbicara Ugi (TOMAUGI) yang mencatat sejarah sebagai daerah pertama di Sulsel yang menggelar kegiatan dalam memperingati Hari Bahasa Ibu Internasional.
“Willau ininnawa madecetta’ maneng taparakai bicara Ogi’ta. Saya tidak ingin acara ini hanya seremonial belaka, tetapi harus menjadi substansi menumbuhkan kesadaran kita dalam pelestarian bahasa daerah,” pinta putra daerah Parepare ini dengan menggunakan bahasa daerah Bugis, fasih.
“Mari kita berkomitmen jadikan Sulsel sebagai pilar penyangga kearifan lokal, salah satunya dengan menghidupkan bahasa daerah. Sekali lagi jangan kita malu berbahasa daerah,” ulang Taufan, menggarisbawahi. (*)