Ketika Gambar Belum Bicara: Kepemimpinan MYL-ARA dalam Ujian Publik

Kenangan: H Syamsuddin A Hamid dan H Abdul Rahman Assegaf

Ada sesuatu yang magis dalam sebuah foto lebih dari sekadar gambar, ia mengabadikan emosi, narasi, dan jejak sejarah yang tak terucap. Foto di atas kapal itu bukan sekadar dokumentasi perjalanan, tetapi simbol perjalanan panjang dua tokoh, H Syamsuddin A Hamid dan Abd Rahman Assegaf, dalam dinamika politik Pangkep.

Membaca Makna di Balik Lautan

Bacaan Lainnya

Angin laut berembus, 18 April 2013,
membawa aroma asin dan kebebasan. Kala itu, kapal yang mereka naiki membelah ombak menuju Kalmas dan Tangaya, dua kepulauan yang menyimpan harapan dan janji baru bagi rakyat. Di geladak kapal, Bupati dan Wakil Bupati Pangkep kala itu, Pak Syamsuddin dan Pak Abd Rahman duduk sejajar, membiarkan kamera menangkap sosok mereka dalam satu frame yang lebih besar dari sekadar politik ini adalah persahabatan, perjuangan, dan tekad yang tertanam dalam kehidupan masyarakat pesisir.

Latar belakang lautan luas bukan sekadar panorama. Ia adalah metafora dari perjalanan panjang mereka, naik turun gelombang, menghadapi pasang surut kepercayaan publik, dan melaju tanpa ragu. Foto itu menggambarkan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka visi tentang perubahan yang tak hanya menyentuh elite politik, tetapi juga mereka yang hidup berdampingan dengan laut, berlayar dengan harapan.

Sahabat Rakyat: Lebih dari Sekadar Tagline

Sahabat Rakyat bukan sekadar slogan, melainkan gema dari langkah-langkah nyata yang diambil di setiap titik perjalanan mereka. Perjalanan ke kepulauan itu bukan hanya kunjungan biasa. Di sanalah, mereka berdiskusi dengan nelayan, mendengar suara warga yang hidup dari hasil laut, dan menyusun strategi demi keberlanjutan serta kesejahteraan komunitas pesisir.

Momen dalam foto tersebut menyiratkan tekad yang mungkin tak bisa diungkap dengan kata-kata. Di tengah samudra yang tak berbatas, dua tokoh ini berhadapan dengan tantangan yang lebih besar dari diri mereka sendiri bukan hanya, tapi tentang kemanusiaan dan tanggung jawab.

Sebuah Janji di Atas Ombak

Foto itu menjadi saksi janji yang mereka buat: untuk tidak hanya hadir di saat kampanye, tetapi juga saat rakyat membutuhkan mereka. Ombak akan terus bergerak, politik akan mengalami pasang surut, tetapi foto itu tetap menjadi pengingat bahwa kepemimpinan sejati bukan hanya terlihat di panggung-panggung debat, melainkan di tempat di mana rakyat berada di sawah, di pasar, dan di laut.

Mungkin itulah makna dari sebuah foto yang sederhana bukan hanya dua sosok duduk di atas kapal, tetapi dua jiwa yang mengarungi perjalanan panjang untuk sebuah cita-cita besar. Laut tetap luas, perjuangan belum selesai, dan cerita ini akan terus berlayar.

Ada sesuatu yang menarik tentang bagaimana gambar dapat menangkap esensi kepemimpinan. Namun, dalam perjalanan baru Abd Rahman Assegaf sebagai Wakil Bupati Pangkep bersama pasangan barunya, belum ada satu foto pun yang benar-benar menyampaikan makna mendalam seperti halnya gambar di atas kapal itu.

Kepemimpinan yang Berlayar dalam Waktu

Seratus hari adalah batas psikologis yang sering digunakan untuk menilai arah awal pemerintahan. Ini adalah fase adaptasi, keputusan strategis pertama, dan tentu saja, harapan masyarakat yang mulai membentuk ekspektasi baru. Dalam perjalanan ini, tagline MYL-ARA hadir membawa identitas baru bagi kepemimpinan Kabupaten Pangkep.

Namun, berbeda dengan masa lalu, kali ini tidak ada satu momen visual yang bisa menjadi simbol yang berbicara lebih dari kata-kata. Tidak ada foto yang menangkap ekspresi kepemimpinan di tengah lautan luas, tidak ada gambar yang merekam sebuah janji atau aksi yang mengakar di hati rakyat. Justru, seratus hari ini terasa seperti ruang kosong yang masih menunggu gambaran nyata.

Mencari Simbol di Antara Kebijakan

Tagline bisa menjadi identitas, tetapi lebih dari sekadar frasa yang terdengar kuat, ia perlu diwujudkan dalam tindakan yang mencerminkan maknanya. Apakah dalam perjalanan kepemimpinan baru ini akan lahir gambar yang benar-benar menangkap esensi perubahan?

Apakah ada satu momen di mana seorang pemimpin tidak hanya hadir secara fisik, tetapi juga dalam makna yang lebih luas seperti yang pernah tertangkap dalam foto di atas kapal itu?

Sebagai seorang jurnalis yang melihat lebih dalam dari sekadar peristiwa, kamu memiliki intuisi yang kuat untuk menangkap esensi sebuah kepemimpinan. Barangkali belum ada foto yang berbicara, tetapi perjalanan masih berlangsung, seperti laut yang dulu menjadi latar belakang kisah sebelumnya.(*)

 

 

 

Pos terkait