KILASSULAWESI.COM, PAREPARE– Kurangnya pasokan dari pedagang dan pengepul, harga pokok cabai rawit merah mengalami kenaikan dari harga normal Rp 40 ribu menjadi Rp 70 ribu rupiah atau naik 75%, per tanggal 4 Januari 2021. Hal itu diungkapkan, Sekretaris Dinas Perdagangan Hj St. Rahmah Amir saat ditemui PAREPOS Online, pagi tadi. Kenaikan bukan hanya cabe rawit, terdapat komoditas lainnya juga ikut naik.
Salah satunya, kedelai tempe tahu impor dari Kanada juga mengalami kenaikan menjadi Rp10 ribu. “Ini dikarenakan suplai kedelai tidak didapatkan oleh pelaku usaha tempe dan tahu,”jelasnya. Walaupun mengalami kenaikan, masyarakat harus membeli walau dengan harga mahal. “Ya cabai rawit merah dan tempe mengalami kenaikan. Kalau yang lainnya normal-normal saja,”timpalnya
Terkait kenaikan harga tempe, pelaku usaha menyiasatinya. “Mungkin dulunya tempenya harus tebal, namun sekarang kecil. Hal tersebut karena pembeli yang kurang, apabila harga tempe naik. Namun dengan harga yang sama tidak mengurangi kualitas, cuman kuantitas yang berubah,” katanya. Sedangkan untuk kebutuhan telur ayam ras mengalami penurunan harga, dari harga Rp 25.500/ Kg, menjadi Rp 23.800/ Kg, atau turun 7,14%. Bahan pokok lainnya masih harga normal atau stagnan.
Salah seorang pedagang bahan pokok di Pasar Lakessi, Ancong mengatakan, cabai rawit merah yang ia dagangkan berasal dari Desa Salodua, Kabuparen Enrekang. Ia menjual cabai rawitnya yang memiliki tangkai harga Rp60 ribu, namun yang telah dikupas tangkainya menjadi Rp70 ribu per Kg. Ancong mengakui, kenaikan harga cabe terjadi kemungkinan besar akibat musim hujan, dan pengiriman cabe rawit keluar pulau Sulawesi.
“Harganya ini Rp 60 ribu, namun kalau tangkainya dihilangkan menjadi Rp70 ribu. Karena sosoknya ini satu ons setengah. Karena satu ons itu enam ribu kena’nya. Jadi ini semua Rp 9 ribu. Jadi Rp 1000 ji didapat kalau dihilangkan tangkainya. Kalau yang lainnya ini harganya normal, hanya cabai rawit merah yang harganya naik,”jelasnya. Sedangkan, harga cabai merah besar turun lagi sekarang. Sebelum tahun baru Rp40 ribu perkilo, sekarang harganya Rp30 ribu perkilo,” katanya. (ana/B)
