Pesan Gurutta Pabbajah Tentang Wartawan dan Makna Kehidupan

Diyakini sebagai ulama kharismatik generasi terakhir yang dimiliki Sulawesi Selatan setelah (alm) AGH Abdur Rahman Ambo Dalle, (alm) AGH Yunus Martan dan (alm) AGH Daud Ismail. Alm KH AG Muhammad Abduh Pabbaja yang juga merupakan pendiri Darul Dakwah Walirsyad (DDI) di Sulawesi Selatan, selama hidupnya didedikasikan untuk membangun negara dan agama Islam.

Oleh: Ade Cahyadi

Sebagai seorang ulama terkemuka, figur yang akrab disapa Gurutta Pabbajah dikenang sangat ikhlas menuntun umat dengan pendiriannya dalam menentang segala pergeseran akidah yang tejadi di tengah-tengah masyarakat. Gurutta Pabbajah meninggal dunia sekira tahun 2009 di usianya 94 tahun menurut perhitungan Hijriyah, atau 90 tahun pada penanggalan Masehi.

Ulama kharismatik ini lahir di Allakuang, Sidrap pada 20 Muharram 1336 H, atau 26 Oktober 1918. Walaupun begitu sepenggal cerita dan kisah dan kenangan dari sejumlah warga hingga wartawan masih melekat hingga saat ini. Sepenggal cerita diterima penulis saat bertemu Plt Ketua PWI Parepare-Barru Ibrahim Manisi dan salah satu ASN di Pemkot Parepare, Shodiq Asli Umar di Warkop 588, Minggu 3 Januari, kemarin.

Gurutta Pabbajah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kantor Urusan Agama Kabupaten Parepare pada 1951 M. Selain sebagai guru di pesantren, almarhum juga dosen luar biasa di Universitas Muslim Indonesia dan kemudian menjadi dekan di Fakultas Tarbiah IAIN Alauddin Makassar Cabang Parepare. Kini berganti nama menjadi STAIN Parepare dan saat ini berubah menjadi IAIN Parepare.

Wartawan senior Fajar Group, Ibrahim Manisi menceritakan kepada PAREPOS Online, dimana awal terjun kedunia wartawan dirinya sempat mengalami kebimbangan. Pasalnya, orang tuanya melarangnya untuk bekerja dalam dunia jurnalistik. Alasannya, kata Ibrahim, kerja wartawan dinilai sebagai pengumbar keburukan orang lain. Maka, sebagai salah satu alumni perguruan tinggi agama maka dirinya menyempatkan menemui Gurutta Pabbajah usai menunaikan salat duhur di Masjid Agung, Kota Parepare.

Dia pun menyampaikan kegalauannya akan pekerjaan yang mulai ditekuninya. “Gurutta Pabbajah mengungkapkan, jika kerja seorang wartawan itu sangat mulia dan bagus. Namun, tentunya harus sesuai dengan aturan mainnya. Menyampaikan aib bagi para pejabat yang menyalahi tugas dan fungsinya itu sangat bagus,”ujar Ibrahim.

Senada juga disampaikan, salah seorang tokoh agama yang juga ASN di Pemkot Parepare, Shodiq Asli Umar dimana dirinya sengaja mencari tahu tentang sosok Gurutta Pabbajah mulai dari tokoh masyarakat yang berhubungan langsung dan kerap disampingnya. Salah satunya, H Mahmud Mas’ud yang kurang lebih 30 tahun bersama Gurutta dan keluarga serta pernah tinggal bersama beliau.

Dari beliau, kata Ustadz Shodiq, salah satu yang sering terlontar dari ucapan Gurutta KH Abduh Pabbajah adalah jujur, jangan bohong, apapun terjadi. “Puadako ada tongeng, lempu, getteng, namo nacacca manekki’ tolinoE yang penting “tania puang Allaa Ta’ala caccako, aja’mumetau okko padammu rupa tau, okkoko Puang Allaa Ta’ala metauu,”ungkapnya. Dirinya pun saat baru tammat dari Pondok Modern Gontor sekitar tahun 1993, pernah mendapat wejangan dari neneknya. “Saya berkunjung ke beliau, kami memanggilnya nenek Adong. Tabe nek, ajarkan kami ilmu, beliau hanya berucap. Ada pesan dari Gurutta Sa’ade Sengkang (Pendiri Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang) “Kun Mukhlishon Takun Mukhlason atau jadilah engkau orang ikhlas niscaya orang akan ikhlas kepadamu,” ujar Shodiq dalam sebuah unggahan di status media sosial, beberapa waktu lalu.

Nasehat gurutta itu, lanjut Shodiq, sudah 27 tahun namun sampai hari ini masih terus terngiang-ngiang di telinganya. Shodiq pun mengakui, dengan berbagai ilmu dan wejangan yang diterimanya.
Ada juga kami dapatkan amalan-amalan dari KH Lukmanul Hakim tapi doanya dari gurutta KH Muh Abduh Pabajah. Amalan yang kini dipegangnya, mudah-mudahan tidak ada yang mempermalukan dirinya, diluar kemampuannya sebagai manusia biasa. Siapa pun dia. ” Biarlah ilmu ini dipakai untuk mappamadamang ( orang sakarat-red), bagi keluarganya yang ikhlas berpindah ke alam lain. Mudah-mudahan tidak terpakai untuk mereka yang sehat dan masih butuh kehidupan. Karena ada pesan kakeknya. ” Nak jangan ingat itu ilmu, saat kau marahi istrimu dan anakmu kasihan kalau sakit. Tujuh hari tujuh malam, bisa juga berpindah ke alam lain. Makanya saya lebih banyak mengalah dan menghindari hal-hal yang tak diinginkan,”ujarnya.

Buktinya, karena saya sudah saksikan langsung seorang tukang becak dipukul oleh seseorang oknum petugas, lalu beliau berucap makan memangmi yang enak-enak kepada oknum tersebut. ” Ternyata orang tersebut meninggal, itu pun sangat tersiksa,”ungkapnya. Ternyata, setelah ditelusurinya ilmu yang diberikan ini termasuk ilmu tua dan ada sejak Nabi Ibrahim AS. Makanya ketika menghadapi pasien sementara sekarat, kami hanya menyampaikan dan berpesan kepada keluarganya. ” Tidak adami yang ditunggu, dan ikhlas semuami keluarganya. Tidak butuh waktu berjam-jam cukup 5 menit. Makanya ilmu yang dimiliki ini harus lebih banyak mengalah dan rendah hati dan tidak boleh sembarang dicobakan, kecuali sangat terpaksa,”tutupnya.(*)

Pos terkait