MAKASSAR, KILASSULAWESI– Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar, HM Nurdin Halid (NH) memberikan restu kepada Mantan Wali Kota Makassar dua periode, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) untuk maju sebagai calon Gubernur Sulsel 2024.
NH menilai ketokohan IAS masih sangat kuat di Sulawesi Selatan. Terlebih jika IAS sudah kembali ke partai besutan Airlangga Hartarto, kata NH, akan kita sambut dengan baik. Bahkan kalau IAS ingin maju di Pilgub Sulsel. ” Kita persilahkan pak IAS kalau mau maju calon gubernur sulsel,”ujar NH.
Lanjut NH, ketokohan IAS juga dinilai dari sosok petarung dan itu telah dibuktikan.
Buktinya ketika mantan Wali Kota Makassar itu maju menantang Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’mang (Sayang) jilid II di Pilgub Sulsel 2014 lalu.
Ditambah IAS punya pengalaman bertarung Pilgub Sulsel 2013 dengan capaian 1,7 juta suara melawan Sayang Jilid II. “Pak IAS itu sosok petarung, punya pengalaman kepemimpinan sebagai Wali Kota Makassar dua periode. Pernah bertarung melawan Sayang Jilid II di Pilgub Sulsel 2013. Kita persilakan kalau maju maju,” kata NH.
Selain nama IAS, NH juga menyebut nama-nama seperti Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan, Wakil Ketua Umum DPP Golkar Erwin Aksa, dan Ketua DPW Nasdem Sulsel Rusdi Masse Mappasessu. Baginya kemajuan Sulsel membutuhkan pemimpin yang punya relasi nasional dan internasional. Tujuannya untuk mendatangkan investor ke tanah Bugis Makassar.
Memajukan Sulsel tidak cukup hanya mengandalkan APBD dan bantuan pusat. Harus ada kolaborasi APBD, bantuan pusat, hingga investasi dari luar negeri. Ia menyebutnya sebagai anatomi Sulawesi Selatan, pintu gerbang kawasan Indonesia Timur. “Tidak bisa bangun Sulsel hanya andalkan APBD, hanya andalkan PAD, itu tidak bisa. Kita harus punya inovasi bagaimana tingkatkan APBD dan datangkan investor,” kata NH.
“Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang punya relasi jaringan keluar sulsel maupun internasional. Kalau hanya APBD saja maka Sulsel begini terus, itu pentingnya pilih pemimpin yang dinamis, tapi kalau kota kecil saja dipimpin kemudian mau jadi gubernur dan itu tidak ada, hanya andalkan APBD, bantuan pusat yang namanya DAK maka daerah itu tidak akan berkembang,” sambungnya.
NH menilai pemimpin Sulsel harus paham anatomi Sulsel. Seperti kemiskinan, kesenjangan, ketimpangan pembangunan antar daerah, infrastruktur umum, ekonomi, kesehatan. “Jadi banyak hal. Jangan kita pilih pemimpin yang tidak paham anatomi Sulsel. Jangan pilih pemimpin seperti beli kucing dalam karung, tapi uji mereka dengan pemamahaman anatomi Sulsel,” katanya.
“Kalau ada calon pemimpin paham dan mampu bisa ciptakan inovasi, kreasi, inisiatif untuk datangkan investor, maka saya ikhlas kau maju saya dukung supaya Sulsel maju,”tutupnya.
Kembali ke Rumah Lama
Politisi Sulsel, Ilham Arief Sirajuddin, menjelaskan sikap politiknya setelah ditolak DPP Demokrat menjadi ketua Demokrat Sulsel saat melakukan roadshow ke Kabupaten Takalar, Kamis 26 Mei 2022. Wali kota Makassar 2004-2014 ini memastikan akan melepas baju Demokrat. Itu setelah dirinya merasa tidak dibutuhkan lagi di Partai Berlambang Mercy tersebut.
Karena meski menang pemilihan 16 suara dalam Musda lalu, DPP lebih memilih Ni’matullah meski hanya meraup 8 suara plus bekal LPj yang ditolak. “Jadi, Insya Allah pekan ini saya akan kembali ke rumah lama saya,” terang IAS menjawab pertanyaan sejumlah tokoh masyarakat di sela-sela Halal Bi Halal IAS dengan Tokoh Masyarakat Takalar, di Pattallassang.
Rumah lama yang IAS maksudkan adalah Partai Golkar. Partai yang pernah ia pimpin selama 3 tahun, sebelum akhirnya berlabuh ke Partai Demokrat. IAS memastikan kembali ke Golkar sudah melalui perenungan panjang. Termasuk sepanjang Ramadan. IAS ingin kembali ke Golkar setelah paham bahwa mekanisme organisasi di internal Golkar menawarkan proses suksesi yang lebih demokratis.
Hal itu pun ditempuhnya serelah sebelumnya membangun komunikasi lebih jauh, IAS kemudian mendapat sambutan hangat setelah sowan ke sejumlah elite DPP Golkar, terutama yang berdarah Sulsel. Seperti Nurdin Halid, Erwin Aksa, Muhiddin, dan Supriansa. Semangat lain didapatkan untuk bergabung Golkar dari elite lain seperti Dolly Kurnia, dan beberapa sepuh Golkar di Jakarta. “Saya berterima kasih untuk semua itu. Dan saya memang merasa seolah akan kembali ke rumah lama sendiri,”jelasnya.(*)