Perlawanan terhadap pandemi COVID-19 oleh masyarakat bisa
diartikan sebagai tindakan yang menumbuhkan empati, simpati, dan persatuan. Tindakan individual ini, seperti upaya penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi, berdampak pada lingkungan bahkan negara, sehingga dapat dinilai sebagai tugas kemanusiaan, tugas bela negara, serta wujud nasionalisme yang otentik.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan, Dahnil Anzar, pada dialog bertema ‘Patuh Prokes dan Vaksinasi Wujud Bela Negara’
menjelaskan, saat ini, bela negara dan nasionalisme telah menjadi nilai universal bagi semua negara di dunia. Masa pandemi, memunculkan nilai kemanusiaan seperti solidaritas yang kuat. Di sisi lain, negara juga berusaha menumbuhkan gerakan empati serta simpati di tengah masyarakat.
Nilai kemanusiaan tersebut harus terus dihidupkan, karena juga merupakan nilai bela negara.
“Memakai masker, menjaga jarak, ada pesan kemanusiaan di situ. Menjaga diri sendiri itu sama
dengan menjaga lingkungan, menjaga orang lain,” tuturnya. “itu adalah tugas kemanusiaan, tugas
bela negara yang otentik,” tegas Dahnil. Tindakan individual seperti menerapkan protokol kesehatan, ujarnya, adalah tindakan sederhana.
Namun apabila dimaknai lebih luas, sebetulnya berdampak pada negara bahkan peradaban. Hal ini
sebagaimana moralitas bangsa Indonesia, yakni gotong royong dan hidup bersama, di mana apapun yang diperbuat akan memberikan pengaruh pula bagi orang lain. “Tindakan individual akan berdampak kolektif bagi kepentingan lingkungan dan keseluruhan, itu harus selalu diingatkan,” kata Dahnil.
Untuk itu, menurutnya perlu juga adanya penggunaan narasi patriotik, bahwa kepatuhan pada
prokes adalah hal yang bersifat nasionalis saat ini. Diharapkan dengan demikian, masyarakat akan lebih optimal menerapkan kebiasaan tersebut dan memiliki kesadaran kolektif. Kesempatan yang sama, Anggota Komisi I DPR RI, Dave Akbarshah Fikarno menegaskan, bela negara bisa dilakukan dengan beragam faktor dan sektor. “Kita bisa menjadi contoh, teladan, berikan informasi yang benar, menolak hoaks, itu juga bagian dari bela negara,” tutur Dave.
Dalam menyiapkan masyarakat untuk hidup berdampingan dengan COVID-19, pihaknya mengharapkan pemerintah mempersiapkan konsep-konsep dan disosialisasikan dengan baik, kepada aparat hingga tingkat RT dan RW, maupun masyarakat umum. “Agar masyarakat semua mengetahui aturan itu untuk apa, gunanya apa, dan bagaimana melaksanakannya,” lanjut Dave.
Di sisi lain, ia juga mengajak masyarakat untuk tidak lelah menerapkan prokes, serta berpikir kreatif dalam kehidupan sehari-hari.
Meski dengan keterbatasan, ia mengimbau masyarakat untuk tetap produktif dan tidak berhenti berusaha. Sementara, menyoroti adanya potensi kenaikan kasus pada akhir tahun, Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Surakarta, Tonang Dwi Ardiyanto menyampaikan, bahwa secara ilmiah kemungkinan kenaikan kasus memang ada meski diharapkan tidak setinggi lonjakan sebelumnya. “Syaratnya, kita tetap disiplin prokes dan vaksinasi,” tegas Tonang.
Terkait vaksinasi, ia menjelaskan bahwa target WHO adalah 40% orang sudah tervaksin lengkap.
Sementara saat ini Indonesia telah melakukan vaksin lengkap pada lebih dari 38% sasaran vaksinasi,
sehingga harus mengejar target yang ada. Ditambah dengan prokes, ia berharap Indonesia dapat menahan penyebaran COVID-19, apapun jenis virusnya.
Vaksinasi anak 6-11 tahun yang telah mulai dilaksanakan, kata Tonang, menjadi upaya
pemerataan vaksin agar benteng pertahanan terhadap COVID-19 semakin kuat.
Vaksinasi untuk kelompok umur tersebut dimulai dari sekarang dengan harapan, ketika sekolah nanti mulai dibuka, anak-anak tidak akan tertular. Lalu, seandainya pun tertular dan tanpa gejala, tidak terjadi penularan
terhadap keluarga. Hal ini penting untuk turut memberikan perlindungan juga kepada anggota keluarga yang lansia dan belum melengkapi vaksinasi. Kemudian, mengenai terdeteksinya Omicron di Indonesia, Tonang meminta masyarakat jangan menjadi panik tapi juga jangan gegabah. Dengan mempertahankan prokes dan vaksinasi, diharapkan kita bisa melewati fase Desember-Januari tanpa lonjakan kasus yang signifikan. “Kita bela negara dengan pertahankan resiliensi kesehatan,” pungkasnya.
Segera Vaksin
Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate meminta masyarakat yang belum divaksin untuk segera melakukan vaksinasi di fasilitas terdekat. Pemerintah mendorong vaksinasi sebagai salah satu upaya utama dalam mencegah penyebaran varian Omicron.
Menurutnya, sejauh ini varian Omicron belum menunjukkan karakter yang membahayakan nyawa pasien, terutama yang sudah divaksin. ” Kunci pencegahan penyebarannya adalah segera divaksin, menaati protokol kesehatan, tetap
waspada, dan tidak panik. Untuk itu, semua warga yang belum divaksin agar segera mendatangi
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin,” ujar Johnny, secara terpisah.
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mengumumkan satu kasus
konfirmasi COVID-19 varian Omicron telah terdetekso di wilayah Indonesia. Kasus pertama ini terdeteksi di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
“Munculnya kasus ini ini tidak terelakkan karena salah satu karakter varian Omicron adalah
penularannya yang sangat cepat. Waspada penting, tapi jangan panik,” kata Johnny.
Menkominfo menegaskan, hal yang harus dilakukan dilakukan saat ini adalah berupaya sekuat
tenaga agar varian omicron tidak meluas dan menghindari terjadinya penularan lokal. Seluruh elemen masyarakat diminta agar menjaga situasi Indonesia tetap baik dan mempertahankan tingkat penularan rendah.
Johnny pun meminta pemerintah daerah untuk menggencarkan penelusuran dan pengetesan
kontak erat guna mendeteksi kasus konfirmasi secara lebih dini.
“Pejabat negara dan seluruh warga diharapkan dapat membatasi mobilitas dengan tidak melakukan perjalanan utamanya ke luar negeri untuk sementara waktu sampai situasi pandemi mereda,” ujar Menkominfo.(*/ade)