KILASSULAWESI.COM, PAREPARE — Premanisme dan pungutan Liar (Pungli) masih marak terjadi di Pasar Lakessi, Kota Parepare. Banyak oknum yang meminta pungutan ilegal. Mereka memalaki lapak-lapak pedagang setiap hari. Terutama pedagang dari luar daerah. Padahal, disisi lain Pemerintah Kota (Pemkot) Parepare telah menetapkan pungutan resmi. Yakni retribusi, kebersihan, dan keamanan. Masing-masing biayanya sebesar Rp2 ribu.
Petugas Keamanan Pasar Lakessi, Muslimin saat ditemui, Senin 13 Juli, mengungkapkan, aktifitas pungli tersebut cukup meresahkan pedagang di Pasar Lakessi. Pemalak atau preman itu meminta pungutan bermacam-macam. Ada yang Rp2 ribu hingga Rp5 ribu. “Saya kasihan kepada pedagang. Mereka selalu dipalaki preman. Mereka disuruh membayar. Padahal itu pungutan liar,” kata Muslimin usai diinterogasi oleh penyidik di Polres Parepare, Senin 13 Juli.
Salah satu pedagang buah di pasar Lakessi, Intan mengeluhkan dan membenarkan hal tersebut. Dia bilang, pungli yang dilakuka preman cukup meresahkan. Apalagi, kata dia, kondisi perekonomian saat ini sangat sulit karena pandemi covid-19. “Saya minta di sekitar pasar ini dibersihkan dari pungli dan premanisme. Karena banyak yang mau dibayar kasian. Apalagi pendapatan saat ini sangat kurang,” kata Intan sedih.
Kepala UPTD Pasar Lakessi Parepare, Rahim Sadda tak menampik banyak oknum yang melakukan pungli. Kata dia, hal itu telah ia bicarakan dengan Wakapolres Parepare, H Sudarno sebagai Ketua Cyber pungli. “Kami akui memang masih banyak pungli dan preman di pasar. Kami sudah koordinasikan dengan pak Wakapolres,” kata Rahim.
Sementara itu, Wakapolres Parepare Sudarno mengaku telah menurunkan tim untuk mengatasi pungli di pasar. Katanya, pungli tak jelas sudah tugas kepolisian untuk mencegahnya. “Kami sudah turunkan tim. Jika ada yang ketangkap maka akan diproses hukum,” tegasnya.
Sekadar diketahui, Muslimin menjadi korban pengeroyokan dan penikaman karena telah menegur preman yang diduga memalak pedagang. Muslimin telah diperiksa penyidik Polres Parepare.(ami)